Print this page
Minggu, 26 Februari 2017 12:03

Kelompok Tani Kabul Lestari

Ditulis oleh
Nilai artikel ini
(0 votes)

''Kelompok tani ini didirikan sejak 1 Mei 1997 dengan jumlah anggota pada awalnya 25 orang. Sekarang sudah bertambah menjadi 75 orang, dengan luas lahan binaan 84,72 hektare,'' kata dia.

 Sejak awal, menurut Ali Muchtar, Kabul Lestari telah berusaha mewujudkan usaha pertanian berwawasan agribisnis. Karena cara ini dipandang mampu memberikan keuntungan bagi petani sesuai potensi lahan di tempat itu.

 

Pilihan petani jatuh pada pembudidayaan komoditas kedelai varietas unggulan. Meskipun pada musim tertentu, petani tetap menanam padi di luar palawija. Pilihan membudidayakan kedelai varietas unggul membuahkan hasil. Terutama setelah mencoba beragam varietas seperti Taichung, Lokon, Wilis, dan terakhir jenis Malabar Grobogan.

Benih unggulan jenis Malabar Grobogan menjadi pilihan terakhir petani. Selain, usia tanamnya relatif pendek (71 hari), biji polong kedelai yang dihasilkannya pun jauh lebih besar dan banyak dibanding menggunakan benih lain. ''Di sisi lain produksi kedelai menggunakan benih jenis Malabar Grobogan juga bisa mencapai 2,5 -3 ton per hektare,'' jelas Ali Muchtar.

Diakuinya, potensi produksi yang dihasilkan petani menggunakan Malabar Grobogan melebihi rata-rata produksi nasional yang hanya berkisar 2, 2 ton per hektare

 

Penghargaan dari Presiden pada Kelompok Tani Kabul Lestari

Produktivitas kedelai yang lumayan tinggi tersebut menjadi salah satu penyebab Kabul Lestari meraih penghargaan pangan nasional tahun 2007. Selain itu, masih ada penggunaan pupuk organik, dan pemanfaatan sumur resapan yang menjadikan Kabul Lestari dianggap bisa dijadikan contoh bagi kelompok tani lain. Terkait penghargaan ketahanan pangan 2007 melalui pengembangan agribisnis kedelai, Kabul Lestari berhasil menyisihkan ratusan kelompok tani serupa se-Indonesia.

 Produksi kedelai di desa tersebut mencapai 3,4 ton per hektar dengan rata-rata kelompok pada angka 3,2 ton per hektar. Semuanya ditanam pada musim hujan meski pemerintah menganjurkan penanaman kedelai pada musim kemarau.

Keberhasilan para petani Desa Panunggalan memproduksi kedelai dengan produktivitas tinggi ini berkat penelitian kedelai yang dirintis Tjandramukti. Kerja kerasnya selama bertahun-tahun berhasil mengangkat kedelai lokal grobogan, temuan Tjandramukti, menjadi benih unggul nasional.

 Keunggulan kedelai grobogan membuat Pemerintah Kabupaten Grobogan mendaftarkan kedelai temuan Tjandramukti sebagai benih unggul nasional pada 2008. Dalam penelitian lebih lanjut, oleh Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi), ditemukan dua jenis kedelai dari temuan ini.

Satu jenis kedelai berwarna kuning mengilap dengan produksi lebih rendah. Satu jenis lagi berwarna lebih kusam dengan produksi lebih tinggi. Jenis kedua akhirnya diresmikan menjadi benih unggul nasional dengan nama kedelai lokal grobogan.

Read 257 kali
akademik peka kekal

Terbaru dari: akademik peka kekal

Related items