Direktur Mitratani Wasis Pramono menuturkan, Indonesia mendapat pesaing dari Thailand dan Vietnam yang baru saja menjajal budidaya edamame. Jepang sebagai negara penyerap edamame pun meminta Indonesia menurunkan harga edamamenya.
Alhasil, harga edamame pun turun dari US$ 1,96 per kilogram (kg) tahun lalu menjadi US$ 1,93 per kg. Sayang, Wasis tidak menyebut ongkos produksi edamame di Indonesia. Yang jelas, menurut perhitungannya, harga edamame Indonesia idealnya US$ 2 per kg. "Edamame kita adalah yang terbaik di dunia," ujarnya, belum lama ini.
Meski begitu, Wasis mengklaim harga edamame di tingkat petani stabil, yaitu Rp 3.500 per kg untuk pasar domestik dan Rp 6.000 per kg untuk pasar ekspor. "Dari awal kami sudah teken kontrak dengan petani. Kami tak mau mencederai kontrak itu," ujarnya.
Lantaran pasar ekspor lesu, Mitratani berencana mengurangi lahan edamame dari 1.106 hektare (ha) menjadi 1.000 ha. Target produksi edamame pun naik tipis dari realisasi produksi sebanyak 9.643 ton tahun lalu, menjadi 9.813 ton tahun ini.
Namun bukan berarti Mitratani akan mengerem ekspansinya di pasar ekspor. Perusahaan sedang menjajaki perluasan pasar ke negara-negara Eropa. "Kami baru saja uji coba mengirim satu kontainer edamame ke Jerman," ujarnya. Asal tahu saja, ekspor mendominasi 85% penjualan Mitratani.
Namun pengakuan pembudidaya edamame lainnya, CV Martha Mitra sedikit berbeda. Muhammad Arief Marjuki, pemilik Martha Mitra bilang, harga edamame di tingkat petani merosot hingga di bawah Rp 10.000 per kg dari sebelumnya Rp 13.000 per kg-Rp 14.000 per kg.
Arief menduga, harga edamame jatuh karena pemainnya semakin banyak, sementara permintaan tidak bertambah. "Kami baru memasok ke restoran Jepang di Jakarta," ujar Arief. (Adisti Dini Indreswari)