Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari formulasi minuman olahraga berbasis tempe untuk pemulihan kerusakan otot dengan kandungan gizi yang tepat dan dapat diterima secara sensori. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan faktor tunggal yaitu jumlah penambahan air untuk melarutkan tepung tempe yang terdiri dari tiga tingkatan yaitu 500 ml, 600 ml dan 700 ml, dengan masing-masing perlakuan mengandung 23 gram protein. Tepung tempe yang digunakan mengandung kadar air 5,39%, abu 1,22 % berat kering, protein 45,55% berat kering, lemak 33,9% berat kering, karbohidrat 13,94 % berat kering, kalsium 0,14% berat kering, besi 0,018% berat kering, natrium 0,004% berat kering, magnesium 0,06% berat kering, klorida 0,04% berat kering dan kalium 0,10% berat kering. Hasil uji hedonik minuman tempe menunjukkan bahwa penambahan air 600 ml cenderung mempunyai nilai kesukaan secara keseluruhan yang paling tinggi (5,42) dibandingkan dengan penambahan air 700 ml (5,37) dan 500 ml (nilai 4,92) (P>0,05). Minuman tempe dengan penggunaan air 600 ml mempunyai penerimaan secara keseluruhan yang tertinggi dengan nilai 80%. Minuman tersebut mempunyai karakteristik per sajian sebagai berikut kandungan protein 23 gram, karbohidrat 48 gram, lemak 17,11 gram, energi 438 kkal, branched chain amino acids (BCAA) 4161,6 mg, Ca 72,92 mg, Fe 9,46 mg, Mg 33,12 mg, Na 2,37 mg dan Cl 21,30 mg, dan K 54 mg.
Sumber: Jurnal Agritech, Naskah dapat didownload disini
Kebutuhan air dan efisiensi penggunaan air merupakan cara sederhana untuk mengetahui apakah hasil tanaman dipengaruhi oleh pasokan air. Tanaman tahan kering mengalami penurunan hasil lebih rendah ketika terjadi cekaman kekeringan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan air tanaman, efisiensi penggunaan air dan variasi ketahanan kultivar kedelai terhadap cekaman kekeringan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 18 x 4 dengan tiga ulangan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Oktober 2012 di Kebun Tridharma Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada dengan ketinggian tempat 110 m dpl. Faktor pertama adalah kultivar kedelai terdiri atas 18 kultivar dan faktor kedua adalah interval penyiraman terdiri atas 4 taraf yaitu penyiraman 1 hari, 2 hari, 4 hari dan 8 hari sekali sampai kapasitas lapangan. Pengamatan kebutuhan air dilakukan mulai umur 15 hari sampai 56 hari setelah tanam dan efisiensi penggunaan air dilakukan pada umur 56 hari setelah tanam. Perhitungan indeks cekaman dan indeks sensitivitas cekaman dilakukan pada umur 84 hari setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kultivar Grobogan dan Galunggung tahan terhadap cekaman kekeringan dengan kebutuhan air antara 4,87 sampai 4,98 mm dan efisiensi penggunaan air 5,16gram/mm. Kultivar Burangrang, Kaba, Argomulyo, Panderman, Ijen, Baluran, Petek, dan Malabar merupakan kultivar yang agak tahan terhadap cekaman kekeringan dengan kebutuhan air antara 3,98 sampai 6,14 mm dan efisiensi penggunaan air antara 3,69 sampai 5,51 gram/mm. Kultivar Sibayak, Tanggamus, Anjasmoro, Wilis, Garut, Gepak Kuning, Sinabung, dan Seulawah merupakan kultivar yang tidak tahan terhadap cekaman kekeringan dengan kebutuhan air antara 5,37 sampai 5,95 mm dan efisiensi penggunaan air antara 3,49 sampai 5,60 gram/mm.
Sumber: Jurnal Agritech, Link Download artikelnya disini
Kualitas tempe dipengaruhi oleh bahan baku, proses pengolahan dan jenis inokulum yang digunakan. Kedelai hitamdapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe yang mempunyai kualitas seperti halnya tempe yang terbuat dari kedelai kuning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis inokulum dan lama inkubasi terhadap pertumbuhan jamu, sifat organoleptik dan aktivitas antioksidan tempe kedelai hitam. Penelitian ini menggunakan kedelai hitam varietas mallika sebagai bahan baku pembuatan tempe. Kedelai hitam yang telah dibuang kulitnya, direndam dan dikukus kemudian dicampur dengan inokulum yang berasal dari biakan murni Rhizopus stolonifer, R. oligosporus dan R. oryzae. Setelah itu diinkubasi selama 24, 30, 36 dan 42 jam pada suhu 25-27 oC. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan jamur, sifat organoleptik dan aktivitas antioksidan tempe kedelai hitam. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan jenis inokulum dan lama inkubasi berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur, sifat organoleptik dan aktivtas antioksidan. Pertumbuhan jamur meningkat sampai lama inkubasi 36 jam, kemudian turun. Panelis memberikan nilai tertinggi pada tempe yang diinkubasi selama 36 jam. Ada kecenderungan lama inkubasi tempe meningkat aktivitas antioksidannya. Kesimpulan dari penelitian ini Rhizopus stolonifer mempunyai karakteristik relatif lebih tinggi pertumbuhan jamur, sifat organoleptik dan aktivitas antioksidan dibandingkan jenis jamur yang lain pada lama inkubasi 30 jam.
Sumber: Jurnal Agritech. Link Download Artikel disni
Kedelai bagi bangsa Indonesia merupakan tanaman palawija yang menjadi sumber utama protein nabati dan memiliki arti penting dalam meningkatkan ketahanan pangan. Saat ini, produktifitas kedelai ditingkat petani terus mengalami penyusutan dan kebutuhan benih yang berkualitas bagi petani masih kesulitan didapatkan. Kualitas benih dan harga jual yang rendah menjadikan budidaya kedelai belum dapat meningkatkan insentif bagi petani.
Model artificial neural network (jaringan saraf tiruan) diterapkan untuk identifikasi pertumbuhan varietas kedelai dengan pengaruh pemberian komposisi pupuk yang diberikan selama pertumbuhan sebagai tujuan penelitian ini di lakukan. Susunan arsitektur model jaringan saraf tiruan untuk identifikasi tingkat pertumbuhan tanaman kedelai yang dihasilkan terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan masukan dengan jumlah sel neuron 36, 7 lapisan tersembunyi dengan sel neuron masingmasing 600 sel neuron, 500 sel neuron hingga pada lapisan tersembunyi terakhir dengan 100 sel neuron dan lapisan keluaran dengan jumlah sel neuron 108.
Telah dilakukan rancangbangun dan pengujian tungku berbahan bakar gas untuk industri tahu tradisional. Berdasarkan salah satu fokus penerapan produksi bersih yaitu efisiensi energi, maka tungku dirancang sedemikian rupa agar memiliki efisiensi termal dan konsumsi energi yang baik. Tungku yang dikonstruksi memiliki dua buah ketel, ketel pemasakan bubur kedelai dari 5-8 kg bahan baku kedelai dan ketel untuk menghangatkan air.
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari potensi protein biji dan kecambah kedelai (protein total dan TI), Kunitz Trypsin Inhbitor (KTI), dan Bowman Birk Inhibitor (BBI) dalam menstimulasi sekresi insulin pada pankreas tikus normal dan diabetes melalui pengujian biologis secara in vitro. Tikus Sprague Dawley (SD) jantan yang diguna- kan dalam pengujian biologis secara in vitro dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tikus diabetes yang disiapkan dengan cara menginduksi melalui injeksi aloksan, dan tikus normal (tanpa diinjeksi aloksan).
Kualitas tempe dipengaruhi oleh bahan baku, proses pengolahan dan jenis inokulum yang digunakan. Kedelai hitam dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe yang mempunyai kualitas seperti halnya tempe yang terbuat dari kedelai kuning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis inokulum dan lama inkubasi terhadap pertumbuhan jamu, sifat organoleptik dan aktivitas antioksidan tempe kedelai hitam.
Model artificial neural network (jaringan saraf tiruan) diterapkan untuk identifikasi pertumbuhan varietas kedelai dengan pengaruh pemberian komposisi pupuk yang diberikan selama pertumbuhan sebagai tujuan penelitian ini dilakukan. Susunan arsitektur model jaringan saraf tiruan untuk identifikasi tingkat pertumbuhan tanaman kedelai yang dihasilkan terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan masukan dengan jumlah sel neuron 36, 7 lapisan tersembunyi dengan sel neuron masing-masing 600 sel neuron, 500 sel neuron hingga pada lapisan tersembunyi terakhir dengan 100 sel neuron dan lapisan keluaran dengan jumlah sel neuron 108.
Dynamic System for identifying soybean plant growth was investigated in this study.The chararetistics of soybean plant growth has a complex system because it has been influenced by environmentals factors. In this study, an output factors for soybean plant growth has identified on stem diameter and index total leaf areas and an input factors has used nitrogen fertilizer compositions.