Kualitas tempe dipengaruhi oleh bahan baku, proses pengolahan dan jenis inokulum yang digunakan. Kedelai hitamdapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe yang mempunyai kualitas seperti halnya tempe yang terbuat dari kedelai kuning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis inokulum dan lama inkubasi terhadap pertumbuhan jamu, sifat organoleptik dan aktivitas antioksidan tempe kedelai hitam. Penelitian ini menggunakan kedelai hitam varietas mallika sebagai bahan baku pembuatan tempe. Kedelai hitam yang telah dibuang kulitnya, direndam dan dikukus kemudian dicampur dengan inokulum yang berasal dari biakan murni Rhizopus stolonifer, R. oligosporus dan R. oryzae. Setelah itu diinkubasi selama 24, 30, 36 dan 42 jam pada suhu 25-27 oC. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan jamur, sifat organoleptik dan aktivitas antioksidan tempe kedelai hitam. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan jenis inokulum dan lama inkubasi berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur, sifat organoleptik dan aktivtas antioksidan. Pertumbuhan jamur meningkat sampai lama inkubasi 36 jam, kemudian turun. Panelis memberikan nilai tertinggi pada tempe yang diinkubasi selama 36 jam. Ada kecenderungan lama inkubasi tempe meningkat aktivitas antioksidannya. Kesimpulan dari penelitian ini Rhizopus stolonifer mempunyai karakteristik relatif lebih tinggi pertumbuhan jamur, sifat organoleptik dan aktivitas antioksidan dibandingkan jenis jamur yang lain pada lama inkubasi 30 jam.
Sumber: Jurnal Agritech. Link Download Artikel disni
Diit tempe kedelai hitam dapat meningkatkan indeks stimulasi prolifersi sel T, meningkat daya tahan limfosit dari hidrogen peroksida dan aktivitas enzim SOD. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsumsi tempe kedelai hitam terhadap aktivitas makrofag dan kadar IL-1pada tikus secara in vivo. Sebanyak 30 ekor tikus dikelompokan menjadi 5 (lima), masing-masing kelompok sebanyak 6 ekor tikus. Selama 30 hari masing-masing kelompok dipelihara dengan pemberian diit standar dan diit ditambah tepung tempe kedelai hitam (25, 50, 75 dan 100% sebagai ganti kasein). Setelah itu diambil cairan peritoneal yang akan digunakan untuk analisis aktivitas makrofag dan kadar IL1. Hasil penelitian menujukkan semakin tinggi jumlah tempe kedelai hitam di dalam pakan, semakin tinggi indeks fagositosis dan kadar L-1. Konsumsi tempe kedelai hitam berpengaruh terhadap aktivitas makrofag dan kadar IL-1(p<0,05). Peningkatan aktivitas makrofag berkorelasi positif terhadap jumlah IL-1, dengan koefisien korelasi 0,9.
Sumber: Jurnal Agritech, Download artikelnya disini
Kecap dapat dikatakan sebagai salah satu pelengkap makanan yang kerap digunakan masyarakat Indonesia. Karena itu, kebutuhan akan kedelai hitam sebagai bahan baku kecap memegang peranan penting.
Salah satu peneliti Indonesia yang ikut mengembangkan penelitian kedelai berkualitas adalah Dr. Ir. Setyastuti Purwanti MS, berawal dari keinginan perusahaan swasta yang ingin mengembangkan produk kecap memakai kedelai hitam lokal tertentu.