Program Swasembada Padi dan Jagung oleh Pemerintah melalui Kementrian Pertanian  tanpa disadari  malah  berefek pada penyusutan produksi tanam kedelai oleh petani.  Bukannya swasembada kedelai terjadi di tahun ini, sebaliknya produksi kedelai diperkirakan sebesar 750 ribu ton malah menurun dibandingkan tahun 2016 yang mencapai diangka 890 ribu ton.  Komoditi kedelai dipandang kurang kompetitif dibandingkan dengan komoditi padi dan jagung menjadikan petani lebih suka memilih fungsi lahan untuk bertanam di komoditi padi dan jagung.  Hasil panen padi  dengan harga rata –rata Rp 7.500 sd Rp 8.000 perkilo dan rata-rata produksi panen 4 ton hingga 5 ton per ha, petani mendapatkan hasil panen Rp 30juta hingga Rp 40 jt/ha.  Demikian juga dengan jagung, dengan hasil panen rata-rata Rp 3.000 sd Rp 3.500 perkilo, dan rata rata produksi panen 11 sd 12 ton per ha, petani mendapatkan hasil panen Rp 33jt hingga Rp 36jt  perha.  Sedangkan jika menanam kedelai dengan harga Rp 6.000 sd Rp 7.000 per kilo, produksi kedelai 1,5 ton sampai dengan  2 ton per ha, akan didapatkan hasil panen sebesar Rp 10.5jt sampai dengan Rp 14jt per ha. Dengan rata rata masa panen kurang lebihnya 100 hari dan biaya produksi yang mendekati sama antar ketiga komoditi diatas. Petani rata rata menanam komoditi dilahan yang sama untuk penanaman komoditi baik itu padi, jagung dan kedelai. Upaya menaikkan produksi padi dan jagung oleh Pemerintah dengan sendirinya berdampak pada penurunan produksi kedelai ditingkat petani. Dengan tingkat kebutuhan pangan akan bahan baku kedelai yang diolah sebagian masyarakat Indonesia menjadi tahu dan tempe, hal ini mengakibatkan import kedelai menjadi semakin meningkat.

Upaya menaikkan produksi padi dan jagung sedapat mungkin oleh Pemerintah juga tetap diterapkan pada komoditi kedelai mengingat akan peran strategis dari komodi ini bagi masyarakat.  Menaikkan nilai kompetitif kedelai dibanding dengan komoditi pangan yang lain seperti padi dan jagung merupakan salah upaya untuk kembali mengangkat komoditi ini menarik bagi para petani untuk menanamnya.  Pemberian insentif untuk komoditi kedelai agar dapat menaikkan minat petani kembali menanam sudah perlu dilakukan kembali dan harapannya kedelai lokal petani yang lebih bersifat murni dan menyehatkan ini akan kembali dipilih dan diolah menjadi pangan sehat bagi masyarakat dibanding kedelai import yang didatangkan dari Amerika sebagian besar tergolong jenis rekayasa genetik/transgenik

Published in Ekonomi Kedelai

Program Operasi Khusus Kedelai yang diberlakukan pemerintah untuk membantu petani dalam meningkatkan produksi kedelai lokal dibeberapa daerah saat memasuki masa panen, harga panen dirasakan belum berpihak pada petani di Harga Pokok Produksi (HPP). Hasil panen kedelai relatif sangat bagus dan sedikit yang terserang hama penyakit tanaman. Sayangnya, kondisi ini masih belum ditunjang dengan bagusnya harga kedelai lokal di pasaran. Biaya produksi pada titik impas bagi petani dalam menanam kedelai dikisaran harga Rp 7000, sehingga pemerintah telah menetapkan harga pokok produksi panen kedelai petani di angka Rp 7.800. Dipasar, yang terjadi para pedagang memberikan harga kedelai petani dengan pembanding harga kedelai import.  Harga kedelai import berada di kisaran Rp 7.200 untuk pelaku industri. Meskipun HPP kedelai lokal petani di harga Rp 7.800 namun karena masih dibawah harga kedelai import, di pasar harga kedelai petani dikisaran Rp 6.000 sd Rp 6.500. Dalam situasi seperti ini, jika tanpa bantuan adanya program upsus, petani masih menanggung resiko kerugian jika bertanam kedelai. Bisa dipastikan, petani akan beralih untuk budidaya komoditi lain yang lebih memberikan peningkatan nilai ekonominya seperti padi, jagung dan kacang hijau. Melalui program pengembangan kemitraan agribisnis kedelai, Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementrian Pertanian dengan melibatkan kemitraan petani dan gapoktan dengan pelaku industri, dilapanganpun belum berjalan sesuai dengan harapan yang mampu melindungi harga kedelai petani dipasaran.

China sebagai negara pengimport terbesar di dunia sebesar 56.50 juta ton / tahun  dibanding Indonesia yang berada di no 5 sebesar 1.95 ton / tahun (USSEC,2012), saat ini telah mampu mengurangi jumlah import dikarenakan  produksi dalam negerinya meningkat.  Dengan berkurangnya import kedelai oleh China, kondisi ini sangat berpengaruh terhadap ketersediaan pasokan kedelai yang melimpah yang di produksi oleh USA sebagai importir terbesar dengan kapasitas produksi mencapai 42 juta ton. Melimpahnya produk Import kedelai USA menjadikan harga kedelai import di dalam negeri cenderung tidak mengalami kenaikan. Bagaimanakah dengan harga kedelai petani yang saat ini panen dengan program Upsus Nasional masih di bawah HPP dengan kata lain masih belum berfihak petani ini?. Petanipun mau tidak mau menjual dengan harga dikisaran Rp 6.000 ke para pedagang pasar dan tengkulak pasar untuk menutup kebutuhan ekonominya. Program peningkatan produksi kedelai lokal ditingkat petani target meningkatkan produksi kedelai lokal tahun ini bisa mencapai 1.2 juta ton. Kebutuhan kedelai nasional oleh masyarakat sebesar 2,55 juta ton hampir sebagian besar dipergunakan untuk produksi tempe 60%, tahu 30 % dan sisanya dipergunakan untuk produk olahan yang lainnya seperti kecap, susu kedelai, dsb. Sekor Usaha Kecil Menengah yang mengolah kedelai menjadi tahu tempe di Indonesiapun mencapai angka 115.000 hingga 125.000 lebih. UKM inipun melibatkan dan memberikan nafkah 2,5 hingga 3 juta orang. Angka yang sangat tinggi, betapa pentingnya peran kedelai dalam menunjang produksi pangan tahu dan tempe yang hampir sebagian besar masyarakat familiar dengan ini. Konsumsi tempe pun ditingkat perkapita penduduk di Indonesia sebesar 7 Kg / tahunnya dan tahu sebesar 6,6 kg/tahunnya.

Harga kedelai menjadi kunci insentif untuk menyelamatkan petani kedelai sehingga di tahun tahun mendatang bisa meningkatkan animo petani untuk menanam kembali. Perlindungan petani terhadap produk pasca panen kedelai dapat diterapkan melalui berbagai hal : 1. Upaya proteksi harga dan subsidi harga ke petani melalui Kebijakan Pemerintah. Dalam hal ini peran Bulog untuk komoditi dapat dilakukan di masing masing daerah untuk membeli kedelai petani ditingkat Harga Pokok Produksi. Dengan demikian, penentuan HPP oleh Pemerintah akan dapat diterapkan dilapangan, petani mendapatkan harga jual yang minimumnya sama dengan HPP. 2. Upaya Masyarakat untuk disadarkan pentingnya memilih produk pangan dari bahan baku kedelai lokal dibandingkan dengan produk pangan dari bahan baku kedelai import. Kedelai lokal ukuran biji besar yang sama bahkan sedikit lebih besar dari kedelai import seperti varietas Grobogan, Anjasmoro, burangrang bersifat non modifikasi genetik ( non-GMO/ Genetically Modified Organism), warnanya lebih cerah dan lebih aman untuk konsumsi pangan. Pandangan sementara para pengrajin yang menilai kedelai lokal ukurannya kecil kecil dan kurang baik kualitasnya adalah kurang pada tempatnya.  Sebaliknya, kedelai import malah bersifat sebaliknya, berasal dari rekayasa genetik/transgenik (GMO), warna lebih kusam dan masih pro dan kontra untuk pangan dari bahan GMO seperti ini. Dinegara maju seperti di Uni Eropa, penggunaan bahan baku pangan dari bahan GMO telah banyak ditolak saat ini, minimumnya harus menyantumkan label agar konsumen mengetahui dari GMO atau Non-GMO guna perlindaungan keamanan pangan. Hasil pengujian Kimia dan Biokimia, kandungan lemak pada kedelai lokal justru lebih rendah dan kandungan proteinnya lebih tinggi. Hal ini merupakan keuntungan yang didapatkan konsumen jika mengkonsumsi bahan kedelai lokal. 3. Menggalakkan penguatan produksi kedelai tidak hanya ditingkat on farm namun juga pada tingkat off farm di kelompok usaha tani dan masyarakat petani kedelai.  Proses produksi pengolahan kedelai misalnya saat dijadikan tahu dan tempe di masyarakat saat ini cenderung kurang higienitasnya dari sisi pekerja yang mengolah, penggunaan peralatan dan penanganan limbah seperti limbah tahu yang kalau tidak diperhatikan akan menimbulkan bau dan keresahan masyarakat disekitarnya. 4. Program berkelanjutan pada komoditi kedelai yang melibatkan peran dari Pemerintah daerah dan jajarannya, lembaga litbang, institusi pendidikan tinggi, petani dan gabungan kelompok tani. Dengan demikian, komoditi kedelai yang memiliki peran strategis ke tiga setelah padi dan jagung di Indonesia akan dapat ditingkatkan dan swasembada kembali mengingat komoditi ini sangat penting dalam menunjang produk Tempe sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang di akui oleh Dunia. Kita tidak menginginkan, tempe yang dirujuk oleh dunia ini, nantinya justru produksinya sangat bergantung pada import seperti yang terjadi saat ini.

Swasembada kedelai di Indonesia terjadi di tahun 1984-1985. Hasil tercapai melalui program yang direncanakan secara lima tahunan oleh Pemerintah yang kita masih diingatkan dengan program repelita yang diawali di era tahun 1969. Saat ini, import kedelai dari kebutuhan nasional kedelai yang semakin meningkat dari tahun ketahun diangka lebih dari 60% dari kebutuhan nasional dan harga jual panen petani kedelai yang masih terjun bebas dibawah harga pokok produksi, lambat laun potensi kedelai lokal akan semakin berkurang untuk ditanam petani dan tentunya kita semua menginginkan kejayaan kembali swasembada kedelai yang mampu memberikan peningkatan ekonomi dan kesejahteraan petani. Melalui adanya proteksi dan subsidi harga kedelai ditingkat petani, mempopulerkan kembali ke masyarakat dan pengrajin terhadap kedelai lokal, menjadikan keseimbangan dan penguatan produksi kedelai mulai dari budidaya (on farm) hingga ke tingkat pengolahan yang memenuhi standart bahan baku pangan (off farm) ditingkat petani dan masyarakat pedesaan, penyusunan program komoditi kedelai yang berkelanjutan melibatkan petani, gapoktan, pemerintah daerah dan jajarannya, lembaga litbang dan institusi pendidikan tinggi. Masyarakat dan pengrajin sudah perlu  untuk disadarkan kembali terhadap kecintaan pemakaian kedelai lokal, tidak hanya dari sisi kualitasnya lebih bagus, namun ada hal yang sangat penting yaitu menunjang produk pangan Tempe sebagai warisan budaya bangsa Indonesia yang diproduksi tidak bergantung pada kedelai import.

Published in Ekonomi Kedelai

 

Pekakekal memberikan solusi terhadap informasi ketersediaan kedelai lokal yang memenuhi standart kualitas industri, tanya jawab mengenai problem kedelai lokal dan pengolahannya secara online, sarana pembelajaran kedelai dari agrobisnis kedelai hingga pengolahan kedelai menjadi berbagai produk pangan.

Petunjuk aplikasi tinggal diakses via online baik melalui PC, Laptop maupun HP yang terhubung dengan jaringan internet. Download aplikasi android pekakekal atau langsung mengakses ke alamat website pekakekal.

Untuk informasi ketersediaan stok kedelai, Bapak/Ibu diharuskan mendaftarkan terlebih dahulu sebagai Anggota untuk mengisi form Aplikasi. Admin Pekakekal akan mengklarifikasi dan notifikasi terkait dengan status Bapak Ibu untuk kebutuhan kedelai lokal ini. Selanjutnya jika kelayakan notifikasi sudah di setujuji, Bapak Ibu akan dapat mengaplikasikan program Sistem Informasi Persediaan (SIP Kekal) untuk kebutuhan Bapak Ibu dalam memenuhi kedelai lokal.

Untuk tanya jawab, bapak ibu tinggal mengakses dari website pekakekal dan bisa langsung menuju pada kolom bawah lembar tanya jawab dan menuliskan bagian tanya pertanyaan. Ikuti form pengisian pertanyaan, dan jawaban akan pertanyaan akan segera diberikan oleh Pekakekal.

Untuk Kerjasama dalam berbagai bentuk pelatihan dan pembinaan industri, dapat kontak via email ke email pekakekal. Admin akan segera menindaklanjuti perihal materi dan rencana kegiatannya. Semoga pekakekal memberikan solusi dalam pemberdayaan pangan lokal terutama produk strategis pangan masyarkat.

 

 

 

Published in Headlines
Minggu, 05 Maret 2017 07:34

Pengelola Pekakekal

Center of Excellent (Pekakekal.org) dikembangkan kerjasama Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat melalui program Lembaga Pendampingan Dana Pendidikan Tinggi (LPDP) bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab Grobogan sebagai basis sentra daerah produksi kedelai lokal

Struktur Pengelola Center of Excellent Kedelai Lokal yaitu

Tenaga Ahli

1. Prof. Dr. Ir. Mary Astuti, SU

Bioteknologi dan Teknologi Pangan, Produk Tempe Higienis dan Turunannya,

2. Prof. Dr. Ir. Lilik Sutiarso, M.Eng

BioSistem dan Keteknikan Pertanian, Sistem Supply Chain, Peralatan Mesin Pengeringan

 

Direktur

1. Dr. Atris Suyantohadi, STP, MT

Sistem Agroindustri  dan Informasi Pertanian, Penanganan Passca Panen dan Optimasi

 

Anggota Center of Excellent

1. Dr. Jumeri M.W, STP, MSi

Pengendalian Kualitas dan Standardisasi

 

2. Dody Kasstono, SP, MP

Budi Daya Pertanian Budidaya, Penjadwalan Jabalsim dan hama penyakit tanaman

 

3. Darmawan Ari Nugraha, STP, MP

Bioindustri dan Bioteknologi  Pangan

 

Supporting :

Programmer  Jasmadi, Agus

Admin WIldan dan Faris

Teknisi Sumarji WIyono

 

 

Alamat Pekakekal.org

Kampus Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Jl Sosioyustisia 1, Bulaksumur, Yogyakarta 55281

email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Fb: http://facebook.com/pekakekal

 

 

 

Published in Pengelola Pekakekal

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari formulasi minuman olahraga berbasis tempe untuk pemulihan kerusakan otot dengan kandungan gizi yang tepat dan dapat diterima secara sensori. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan faktor tunggal yaitu jumlah penambahan air untuk melarutkan tepung tempe yang terdiri dari tiga tingkatan yaitu 500 ml, 600 ml dan 700 ml, dengan masing-masing perlakuan mengandung 23 gram protein. Tepung tempe yang digunakan mengandung kadar air 5,39%, abu 1,22 % berat kering, protein 45,55% berat kering, lemak 33,9% berat kering, karbohidrat 13,94 % berat kering, kalsium 0,14% berat kering, besi 0,018% berat kering, natrium 0,004% berat kering, magnesium 0,06% berat kering, klorida 0,04% berat kering dan kalium 0,10% berat kering. Hasil uji hedonik minuman tempe menunjukkan bahwa penambahan air 600 ml cenderung mempunyai nilai kesukaan secara keseluruhan yang paling tinggi (5,42) dibandingkan dengan penambahan air 700 ml (5,37) dan 500 ml (nilai 4,92) (P>0,05). Minuman tempe dengan penggunaan air 600 ml mempunyai penerimaan secara keseluruhan yang tertinggi dengan nilai 80%. Minuman tersebut mempunyai karakteristik per sajian sebagai berikut kandungan protein 23 gram, karbohidrat 48 gram, lemak 17,11 gram, energi 438 kkal, branched chain amino acids (BCAA) 4161,6 mg, Ca 72,92 mg, Fe 9,46 mg, Mg 33,12 mg, Na 2,37 mg dan Cl 21,30 mg, dan K 54 mg.

Sumber: Jurnal Agritech, Naskah dapat didownload disini

 

Published in Hasil Riset

Salah satu keunggulan Tempe untuk dikonsumsi dan diperlukan sebagai asupan tubuh kita selain kaya protein adalah tingginya kandungan asam linoleat sebagai asam lemak tidak jenih dan essensial. Bersifat essensial karena tubuh tidak dapat memproduksi dan diperoleh dari makanan yang dikonsumsi dari luar. Jika kekurangan dalam tubuh terhadap asam linoleat dapat menyebabkan dermatitis, kemampuan reproduksi
menurun, gangguan pertumbuhan, degenerasi hati, dan rentan terhadap infeksi. Tempe dapat memenuhi kebutuhan akan asam linoleat bagi tubuh dikarenakan dalam 100gr terdapat sekitar 7,23gr asam linoleat. Selain harganya yang murah, tempe mampu mensuplai kebutuhan asam lemak tidak jenuh dalam bentuk asam linoleat yang cukup tinggi kandungannya. Tentunya konsumsi tempe dari bahan baku kedelai lokal dalam menunjang pangan lokal kita, non transgenik/non GMO dan meningkatkan produksi dalam negeri.

Published in Headlines

Kebutuhan air dan efisiensi penggunaan air merupakan cara sederhana untuk mengetahui apakah hasil tanaman dipengaruhi oleh pasokan air. Tanaman tahan kering mengalami penurunan hasil lebih rendah ketika terjadi cekaman kekeringan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan air tanaman, efisiensi penggunaan air dan variasi ketahanan kultivar kedelai terhadap cekaman kekeringan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 18 x 4 dengan tiga ulangan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Oktober 2012 di Kebun Tridharma  Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada dengan ketinggian tempat 110 m dpl. Faktor pertama adalah kultivar kedelai terdiri atas 18 kultivar dan faktor kedua adalah interval penyiraman terdiri atas 4 taraf yaitu penyiraman 1 hari, 2 hari, 4 hari dan 8 hari sekali sampai kapasitas lapangan. Pengamatan kebutuhan air dilakukan mulai umur 15 hari sampai 56 hari setelah tanam dan efisiensi penggunaan air dilakukan pada umur 56 hari setelah tanam. Perhitungan indeks cekaman dan indeks sensitivitas cekaman dilakukan pada umur 84 hari setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kultivar Grobogan dan Galunggung tahan terhadap cekaman kekeringan dengan kebutuhan air antara  4,87 sampai 4,98 mm dan efisiensi penggunaan air 5,16gram/mm. Kultivar Burangrang, Kaba, Argomulyo, Panderman, Ijen, Baluran, Petek, dan Malabar merupakan kultivar yang agak tahan terhadap cekaman kekeringan dengan kebutuhan air antara 3,98 sampai 6,14 mm dan efisiensi penggunaan air antara  3,69 sampai  5,51 gram/mm. Kultivar Sibayak, Tanggamus, Anjasmoro, Wilis, Garut, Gepak Kuning, Sinabung, dan Seulawah merupakan kultivar yang tidak tahan terhadap cekaman kekeringan dengan kebutuhan air antara  5,37 sampai 5,95 mm dan efisiensi penggunaan air antara  3,49 sampai 5,60 gram/mm.

Sumber: Jurnal Agritech, Link Download artikelnya disini

Published in Hasil Riset

Kualitas tempe dipengaruhi oleh bahan baku, proses pengolahan dan jenis inokulum yang digunakan. Kedelai hitamdapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe yang mempunyai kualitas seperti halnya tempe yang terbuat dari kedelai kuning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis inokulum dan lama inkubasi terhadap pertumbuhan jamu, sifat organoleptik dan aktivitas antioksidan tempe kedelai hitam. Penelitian ini menggunakan kedelai hitam varietas mallika sebagai bahan baku pembuatan tempe. Kedelai hitam yang telah dibuang kulitnya, direndam dan dikukus kemudian dicampur dengan inokulum yang berasal dari biakan murni Rhizopus stolonifer, R. oligosporus dan R. oryzae. Setelah itu diinkubasi selama 24, 30, 36 dan 42 jam pada suhu 25-27 oC. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan jamur, sifat organoleptik dan aktivitas antioksidan tempe kedelai hitam. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan jenis inokulum dan lama inkubasi berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur, sifat organoleptik dan aktivtas antioksidan. Pertumbuhan jamur meningkat sampai lama inkubasi 36 jam, kemudian turun. Panelis memberikan nilai tertinggi pada tempe yang diinkubasi selama 36 jam. Ada kecenderungan lama inkubasi tempe meningkat aktivitas antioksidannya. Kesimpulan dari penelitian ini Rhizopus stolonifer mempunyai karakteristik relatif lebih tinggi pertumbuhan jamur, sifat organoleptik dan aktivitas antioksidan dibandingkan jenis jamur yang lain pada lama inkubasi 30 jam.

Sumber: Jurnal Agritech. Link Download Artikel disni

Published in Hasil Riset

Diit tempe kedelai hitam dapat meningkatkan indeks stimulasi prolifersi sel T, meningkat daya tahan limfosit dari hidrogen peroksida dan aktivitas enzim SOD. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsumsi tempe kedelai hitam terhadap aktivitas makrofag dan kadar IL-1pada tikus secara in vivo. Sebanyak 30 ekor tikus dikelompokan menjadi 5 (lima), masing-masing kelompok sebanyak 6 ekor tikus. Selama 30 hari masing-masing kelompok dipelihara dengan pemberian diit standar dan diit ditambah tepung tempe kedelai hitam (25, 50, 75 dan 100% sebagai ganti kasein). Setelah itu diambil cairan peritoneal yang akan digunakan untuk analisis aktivitas makrofag dan kadar IL1. Hasil penelitian menujukkan semakin tinggi jumlah tempe kedelai hitam di dalam pakan, semakin tinggi indeks fagositosis dan kadar L-1. Konsumsi tempe kedelai hitam berpengaruh terhadap aktivitas makrofag dan kadar IL-1(p<0,05). Peningkatan aktivitas makrofag berkorelasi positif terhadap jumlah IL-1, dengan koefisien korelasi 0,9.

Sumber: Jurnal Agritech, Download artikelnya disini

Published in Gapoktan

Karakteristik tahu dengan a0,89-0,90 dan kadar protein 8% atau lebih, menjadikan tahu sebagai media yang cocok bagi pertumbuhan bakteri. Hal ini menyebabkan tahu menjadi sangat mudah rusak karena cemaran bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat cemaran Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus dan Bakteri pembentuk spora pada proses pembuatan tahu dan mempelajari sifat ketahanan panas dari masing-masing cemaran. Tahapan penelitian dimulai dari pengamatan proses pembuatan tahu, isolasi dan identifikasi dan analisa kuantitatif cemaran Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus dan bakteri pembentuk spora pada proses pembuatan tahu. Isolat yang berasal dari proses pemasakan dan proses penggumpalan digunakan untuk pengujian ketahanan panas dengan melihat nilai D dan Z menggunakan regresi linier. Escherichia coli ditemukan pada air, kedelai, bubur kedelai, gumpalan tahu dan tahu, dengan jumlah 10w1-10CFU/g. Isolat Escherichia coli dari proses penggumpalan (GMP), nilaiD60°C 2=4,83 menit dan nilai Z=22,73°C. Staphylococcus aureus ditemukan pada kedelai, gumpalan tahu dan tahu, dengan jumlah 10=2,72 menit dan nilai Z =18,87°C. Untuk isolat Staphylococcus aureus GMP 6, nilai D1CFU/g.  Isolat Staphylococcus aureus GMP 4, memiliki nilai D60°C60°C =2,54 menit dan nilai Z =18,18°C. Bacillus cereus ditemukan pada air,kedelai, bubur kedelai, sari kedelai masak, gumpalan tahu dan tahu, dengan jumlah 102-10CFU/g. Sel vegetatif Bacilluscereus yang berasal dari sari kedelai (SK) 2, memiliki nilai D60°C3=5,43 menit dan nilai Z =22,72°C. Untuk sel vegetatif  Bacillus cereus SK 4, memiliki nilai D60°C=5,95 menit dan nilai Z =22,22°C. Bakteri pembentuk spora ditemukan pada air, kedelai, bubur kedelai pada proses penggilingan, sari kedelai masak, gumpalan tahu, kecutan dan tahu, dengan jumlah 10CFU/g.

Sumber: Jurnal Agritech  Download artkel disini

Published in Gapoktan
Halaman 1 dari 2

Kedelai Hitam Malika, Kedelai Berkualitas Asli Indonesia

11 Oktober 2016

Kecap dapat dikatakan sebagai salah satu pelengkap makanan yang kerap digunakan masyarakat Indonesia. Karena itu,...

Swasembada Kedelai, Indonesia Butuh 2 Tahun Lagi

11 Oktober 2016

Kementerian Pertanian menargetkan Indonesia bisa swasembada kedelai pada 2018 dengan penyaluran bantuan benih dan sarana...

Pamor Kedelai Edamame Indonesia Turun

11 Oktober 2016

Meski pun tidak begitu populer untuk dikonsumsi di dalam negeri, namun budidaya edamame cukup marak...

Mengapa pilih tempe untuk bisnis kuliner di London?

11 Oktober 2016

Seorang pemilik warung tempe di London mengatakan ia sangat suka tempe dan belajar di banyak...

Keseharian "bule penjual tempe" di London

11 Oktober 2016

Seorang warga Inggris yang memiliki warung tempe di London bercerita tentang kegiatannya dalam satu minggu...

Kunjungan Web

Hari ini366
Kemarin450
Minggu ini816
Bulan ini1385
Total207182

Nampak
  • IP Anda: 52.14.244.213

May 2025
S M T W T F S
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
Copyright © 2025 Pekakekal (Pengembangan Kajian Kedelai lokal) All Rights Reserved.
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada