Selanjutnya tikus dieksekusi dengan bius ether dan dilakukan pencucian beberapa kali dengan larutan RPMI 1640 LITE. Pencucian terakhir meng- gunakan buffer Kreb Ringer Bicarbonat sebelum pancreas islet yang diperoleh diinkubasi. Pancreas islet diinkubasi dalam Kreb buffer yang dicampur dengan 7 perlakuan media inkubasi yang berbeda, yaitu medium glukosa sebagai control (R), protein total biji kedelai (SPT), protein total kecambah kedelai (GPT), protein TI biji kedelai (SPTI), pro- tein TI kecambah kedelai (GPTI), KTI dan BBI. Inkubasi dilakukan selama 2 jam, kemudian disonikasi, dan sentrifu- gasi. Supernatan yang diperoleh disimpan pada suhu -20 oC untuk disiapkan dalam analisis insulin mengggunakan metode ELISA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa injeksi aloksan pada tikus dapat menginduksi terjadinya diabetes karena dapat meningkatkan gula darah tikus. Perlakuan media inkubasi berpengaruh terhadap kadar protein terlarut media dan kemampuannya menstimulasi islet untuk mensekresikan insulin. Protein kecambah kedelai memiliki kemam- puan menstimulasi sekresi insulin baik pada pancreas tikus normal maupun diabetes. Sekresi insulin dari islet dalam medium GPTI paling tinggi dibandingkan perlauan yang lain. Urutan potensi sekresi insulin dari pancreas tikus nor- mal, yaitu berturut-turut dari yang tertinggi GPTI, KTI, BBI, GPT, SPTI, SPT, dan R. Sedangkan pada pancreas tikus diabetes, yaitu dari yang tertinggi GPTI, GPT, SPTI, BBI, KTI, SPT, and R media. Secara umum disimpulkan bahwa potensi protein kecambah kedelai dalam menstimulasi sekresi insulin lebih baik dibandingkan protein biji kedelai.
Download Full Article