Kolom Akademisi

 

REPUBLIKA.CO.ID, Jumat , 06 October 2017

GROBOGAN -- Kementerian Pertanian menggenjot penanaman serentak komoditas kedelai untuk mewujudkan swasembada. Salah satu bagian dari program tersebut yakni Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah didorong menjadi pusat kedelai nasional.

"Untuk menjadikan Grobogan pusat kedelai nasional maka areal 20 ribu hektare ditingkatkan jadi 100 ribu hektare, hal ini juga akan mengurangi ketergantungan impor kedelai secara bertahap," ujar Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Gatot Irianto dalam acara tanam perdana di Grobogan, Jumat (6/10).

Grobogan masuk dalam program 500 ribu hektare dengan luas area tanam 17 ribu hektare. Potensi besar varietas Grobogan dengan keunggulan usia tanaman yang pendek yakni 76 hari, berat biji kedelai 18 gram per 100 biji dan rata rata produksi 3,4 ton hektare menjadikan kabupaten grobogan sebagai sentral penghasil kedelai berkualitas. Saat ini Grobogan adalah penghasil kedelai terbesar di Jawa Tengah dengan kontribusi sebesar yaitu 30 persen untuk Jawa Tengah dan 4,9 persen untuk kebutuhan nasional.

Untuk diketahui, pemerintah menargetkan tanam kedelai seluas 500 ribu hektare dengan anggaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017 yang dipusatkan di 20 provinsi mulai dari Sumatra seluas 153 ribu hektare, Jawa 130 ribu hektare, Kalimantan 27 ribu hektare, Sulawesi 110 ribu hektare dan NTT dan NTB, masing-masing seluas 40 ribu hektare.

Target tanam serentak ini merupakan bagian dari program upaya khusus (Upsus) swasembada padi, jagung dan kedelai (pajale) dengan memanfaatkan lahan bekas pertambangan, perkebunan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), lahan kering, lahan bera, lahan tidur, lahan pasang surut dan lahan eks Perluasan Area Tanam Baru (PATB) jagung.

Ia mengatakan, saat ini pemerintah mengarah ke kedelai setelah berhasil dengan swasembada beras pada 2016 dan hingga kuartal ketiga 2017 tidak ada rekomendasi impor jagung. Pemerintah menargetkan swasembada kedelai pada 2018.

"Tadinya target swasembada kedelai di tahun 2019, tapi target kami majukan dan kami akan berupaya keras untuk pencapaiannya di tahun 2018," ujar dia.

Sumber artikel :republika

Oleh:

Dody Kastono

Laboratorium Manajemen Produksi Tanaman

Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta

 

Teknis Budidaya Penanaman Kedelai di Lahan Sawah dan Lahan Kering

  1. Pola Tanam

            Produktivitas kedelai di lahan sawah masih sangat beragam antara 0,5-2,5 ton/ha atau rata-rata 1,2 ton/ha. Masa penanaman kedelai di lahan sawah dapat dilakukan pada musim kemarau pertama (MK I) atau akhir musim kemarau (MK II). Berdasarkan ketersediaan airnya, lahan sawah untuk budidaya kedelai dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu sawah tadah hujan, sawah beririgasi semiteknis, dan sawah beririgasi teknis. Adanya perbedaan ketersediaan air ini, maka perlu dipertimbangkan pemilihan pola tanamnya.

            Sawah tadah hujan dapat menerapkan pola tanam sebagai berikut: (a) padi – kedelai – bera, (b) padi – kedelai – palawija lain, (c) kedelai – padi – palawija lain, dan (d) gogo rancah – padi sawah (walik jerami) – kedelai. Di dalam menentukan pola tanam yang tepat perlu dipertimbangkan distribusi curah hujannya, apabila curah hujan tinggi pada awal musim hujan maka pola (a dan b) merupakan pilihan yang tepat. Pola tanam sawah beririgasi semi teknis adalah: (a) padi – kedelai – palawija lain, dan (b) padi – kedelai – kedelai. Sedangkan untuk sawah beririgasi teknis, di mana pembagian air untuk sawah, misalnya di sekitar bendungan seperti Jatiluhur, Gajah Mungkur, dan Karangkates lamanya antara 9-11 bulan memberikan alternatif pola tanam kedelai sebagai berikut: (a) padi – padi – kedelai, ini sesuai untuk sawah yang airnya tersedia antara 10,5-11 bulan, dan (b) padi – kedelai – kedelai, ini sesuai untuk sawah yang airnya tersedia antara 9-9,5 bulan.

  1. Waktu Tanam dan Penyiapan Lahan

            Produksi kedelai dapat menurun bila penanamannya mundur lebih dari 7 hari setelah panen padi. Kelembaban optimum yang dibutuhkan kedelai di saat tanam antara 50-60 %, kondisi ini tercapai pada 4-6 hari setelah panen padi. Penanaman kedelai yang terlambat akan berdampak pada keterlambatan penanaman kedelai atau padi selanjutnya serta konsekuensi timbulnya hama penyakit lebih besar.

            Penanaman kedelai di lahan sawah dilakukan segera setelah padi dipanen, yaitu dengan memotong batang padi sampai pangkal guna mencegah pertumbuhan tunas padi baru. Hal ini dilakukan untuk mencegah dan mengurangi kompetisi antara kedelai dan padi, dan juga memudahkan melakukan penanaman dan pengendalian gulma serta pendangiran tanah. Potongan jerami digunakan sebagai mulsa.

            Keberadaan gulma di lahan sawah MK I biasanya tidak terlalu banyak sehingga cukup dibersihkan, namun jika penanamannya pada MK II kemungkinan gulma tumbuh sangat banyak sehingga perlu dibersihkan dengan pengolahan tanah minimum cukup dengan sekali pencangkulan.

            Penanaman kedelai pada MK I biasanya masih sering dijumpai banyak hujan dan air dari saluran irigasi masih melimpah sehingga lahan tergenang air, hal ini menimbulkan pengaruh buruk bagi kedelai karena benih banyak yang busuk dan tidak mau tumbuh. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dibuat saluran drainasi. Berdasarkan penelitian, saluran air dengan ukuran 25-30 cm kedalaman 30 cm serta jarak antarsaluran 3-4 m dapat memberikan produksi tertinggi dibandingkan ukuran lainnya. Hasil penelitian lain di Jawa Timur menunjukkan bahwa dengan menggunakan saluran air produksi kedelai meningkat 2,5 kali lipat (2,62 ton/ha) dibandingkan tanpa menggunakan saluran air (1,1 ton/ha). Selain sebagai penampung air, fungsi lain drainasi adalah sebagai saluran pengairan pada saat tanam MK II.

            Pengolahan tanah untuk budidaya kedelai setelah padi biasanya tidak dilakukan (zero tillage), dari hasil penelitian tidak ada perbedaan produki antara penanaman kedelai dengan tanah diolah dahulu dengan tanpa olah tanah, demikian juga untuk MK II pada tanah ringan tidak diperlukan pengolahan, tanah cukup dibersihkan sebelum penanaman.

            Keberadaan gulma yang cukup banyak dapat menjadi pertimbangan untuk dilakukan pengolahan tanah. Akan tetapi dari hasil penelitian di Sukamandi antara tanah yang diolah sempurna (full tillage), tanah dicangkul satu kali (minimum tillage), tanah pada baris tanaman selebar cangkul diolah sempurna, dan tanah pada barisan tanaman dicangkul satu kali ternyata tidak memberikan perbedaan produksi yang nyata. Untuk itu dapat dipilih pengolahan tanah sekali mencangkul pada barisan tanaman selebar cangkul, dengan pencangkulan sedalam 5-10 cm atau dengan menggunakan herbisida. Pengendalian gulma dilakukan pada umur 2-3 minggu.

  1. Populasi dan Jarak Tanam

            Populasi tanaman yang tepat akan menentukan tingkat produksi kedelai yang akan dicapai. Populasi anjuran untuk kedelai adalah 500.000 tanaman/ha, sehingga mempunyai banyak alternatif jarak tanam yang dapat dipilih tergantung kesuburan tanah dan sistem penanaman padi sebelumnya. Jarak tanam untuk lahan bekas padi tabela (tanam benih langsung) 37,5 cm x 10 cm, lahan bekas padi tapin (tanam pindah) 40 cm x 10-15 cm, 20 cm x 20 cm, atau 25 cm x 25 cm, dan legowo 40 cm x 20 cm x 10 cm. Berdasarkan besarnya populasi, beberapa alternatif jarak tanam yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

  • Populasi 320.000 tanaman/ha dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm dengan 2 benih per lubang tanam, penanaman dapat ditengah antara 2 rumpun padi, di pinggir rumpun, atau tepat di tengah rumpun padi.
  • Populasi 320.000 tanaman/ha dengan jarak tanam 50 cm x 12,5 cm (Jejer Wayang) dengan 2 benih per lubang tanam.
  • Populasi 500.000 tanaman/ha dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm dengan 2 benih per lubang tanam, posisi kedelai bisa di tengah antara 2 atau 4 rumpun padi, di pinggir rumpun, atau tepat di tengah rumpun padi.
  • Populasi 500.000 tanaman/ha dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm (Jejer Wayang).

Khusus untuk tanaman kedelai hitam, Tim Pembina Teknis UGM mendasarkan pada berbagai hasil penelitian dan pengalaman petani di lapangan, memberikan rekomendasi untuk penanaman secara jejer wayang dengan jarak tanam 40 cm x 10-15 cm telah terbukti mampu menghasilkan produksi dan produktivitas kedelai hitam yang terbaik.

Penanaman kedelai di lahan sawah setelah padi dapat dilakukan melalui tiga cara berikut (sesuai keadaan lahan dan kebiasaan petani), yaitu:

  • Disebar di permukaan tanah kemudian ditutupi mulsa jerami, cara ini hanya sesuai apabila masa tanam pendek, kekurangan tenaga kerja, dan ketersediaan benih cukup banyak, biasanya perlu benih 2 kali lipat daripada cara ditugal. Biasanya dilakukan di daerah yang rawan genangan atau saluran airnya lebih tinggi dari sawahnya dan sulit untuk membuat saluran drainasi (pembuangan).
  • Meletakkan 2 atau 3 benih kedelai di atas permukaan tanah sesuai dengan jarak tanam, kemudian ditutup dengan jerami. Cara ini berhasil cukup baik apabila kondisi tanah cukup lembab (> 80 %) selama 1-2 minggu. Sebaiknya jerami padi digunakan sebagai mulsa sebelum atau sesudah tanam kedelai.
  • Tanah ditugal sedalam 1-2 cm terlebih dahulu dengan jarak tanam tertentu. Benih dimasukkan dalam lubang tanam sebanyak 2-3 benih, kemudian ditutup dengan tanah, pupuk organik, abu sekam, atau abu jerami. Setelah tanam lahan dapat ditutup dengan mulsa jerami atau tanpa mulsa jerami. Cara tugal ini dilakukan pada lahan sawah yang sudah mulai kekurangan air dan bertekstur ringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman dengan cara ditugal mampu meningkatkan hasil lebih tinggi mencapai 13-53 % dibandingkan cara tanam disebar apabila drainasi tanahnya cukup baik.

Sekitar 4-7 hari setelah tanam akan tampak benih-benih yang tidak tumbuh, sehingga perlu segera dilakukan penyulaman. Cara tanam kedelai dengan tanpa olah tanah (TOT) dan ditugal adalah yang lebih dianjurkan dan sudah terbukti mampu memberikan hasil produksi yang lebih baik.

  1. Pemupukan

            Lahan sawah bekas padi sebenarnya cukup mengandung pupuk sehingga tidak membutuhkan banyak pupuk. Secara umum dosis pupuk yang dianjurkan adalah 50-100 kg urea/ha, 75-150 kg TSP/ha, dan 50-100 kg KCl/ha. Berdasarkan jenis tanah dan sistem penanaman padi sebelumnya jumlah pupuk yang dianjurkan adalah:

  • tanah sesudah supra insus padi paket D tidak perlu dipupuk,
  • tanah vertisol: 50 kg urea, 75 kg TSP, dan 75 kg KCl per ha,
  • tanah hidromorf: 100 kg urea, 75 kg TSP, dan 100 kg KCl per ha,
  • tanah aluvial: 50 kg urea, 50 kg SP36, dan 50 kg KCl per ha, dan
  • tanah regosol atau grumusol: 50 kg urea, 50 kg SP36, dan 75-100 kg KCl per ha.

Pemberian pupuk perlu memperhatikan jumlah, cara, dan waktu pemberian. Ada beberapa alternatif seperti berikut:

  • Pupuk diberikan tiga kali, pertama pada saat tanam karena bintil akar belum terbentuk, kedua saat menjelang pembungaan sekitar 25 hst, dan ketiga saat pengisian polong (40-45 hst), dosis pupuk yang diberikan masing-masing sepertiga dosis yang dianjurkan.
  • Pupuk diberikan dua kali, pertama setengah dosis diberikan sebagai pupuk dasar bersamaan dengan penanaman atau 7 hst, dan kedua sisanya diberikan 20-30 hst.
  • Pupuk diberikan satu kali, pemupukan dilakukan dengan menyebar pupuk sesaat sebelum tanam.

Aplikasi pemupukan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: ditempatkan dalam lubang atau larikan sedalam 5-7 cm di kanan kiri tanaman dengan jarak 5-7 cm dari lubang tanam atau tanaman, pupuk ditutup dengan tanah; disiramkan dengan perbandingan 0,1-0,25 kg pupuk dalam 10 liter air, dan pupuk disebar merata sebelum tanam. Pemberian ZPT maupun PPC dilakukan dengan 3 kali penyemprotan, yaitu saat umur 2 minggu, awal pembungaan, dan awal pengisian polong, atau dilakukan dua kali, yaitu saat umur 15-25 hst (fase vegetatif) dan 35-75 hst (fase generatif).

Di samping upaya pemupukan dengan pupuk anorganik, sejak awal budidaya kedelai dapat dilakukan aplikasi pupuk organik (4 ton/ha setiap musim tanam) maupun pupuk hayati seperti Legume Inoculum (Legin) yang mampu memasok unsur N dan mikoriza yang mampu memasok unsur P bagi tanaman.

  1. Pengairan

            Kedelai tidak tahan kekeringan, tetapi juga tidak membutuhkan banyak air. Saat tanam, berbunga, pembentukan polong, dan pengisian biji diusahakan kebutuhan airnya tercukupi. Tanaman yang kekurangan air di fase pertumbuhan vegetatif akan mengalami kekerdilan, sementara kekurangan air di fase generatif berdampak pada penurunan hasil. Pada saat masuk pemasakan polong tanah harus kering dan cukup sinar matahari. Untuk penanaman kedelai MK I biasanya tidak memerlukan pengairan khusus, namun pada MK II perlu pengairan 3-4 kali, yaitu umur 10-14, 35, dan 55 hst atau 10-14, 35, 45, dan 55 hst.

            Apabila petani mau menerapkan paket teknologi dengan tepat maka produksi kedelai sebesar > 2 ton/ha akan dapat dicapai. Paling tidak ada kiat yang dilakukan untuk mencapai hasil tersebut, antara lain:

  1. Menggunakan benih bermutu dari varietas unggul, murni, daya tumbuh > 90 %, yaitu diwujudkan dalam bentuk benih bersertifikat.
  2. Memberikan pupuk urea 50 kg/ha, SP36 dan KCl dengan dosis masing-masing 75 kg/ha.
  3. Menanam benih dengan jarak tanam teratur sesuai kondisi setempat, terutama secara jejer wayang dengan jarak tanam 40 cm x 10-15 cm.
  4. Secepat mungkin dilakukan penanaman setelah padi dipanen (< 7 hari) dan dilakukan serempak dalam satu hamparan, pemulsaan dengan jerami, dan pemberian pupuk organik.
  5. Pemberian air terutama dilakukan pada saat awal pertumbuhan (2-3 mst), berbunga (6-7 mst), pembentukan polong (8-9 mst), dan pengisian biji (10-12 mst).
  6. Pengendalian hama secara terpadu, terutama dilakukan upaya antisipasi secara preventif (pencegahan).

Selamat mencoba dan semoga berhasil baik.

Halaman 1 dari 5

Kedelai Hitam Malika, Kedelai Berkualitas Asli Indonesia

11 Oktober 2016

Kecap dapat dikatakan sebagai salah satu pelengkap makanan yang kerap digunakan masyarakat Indonesia. Karena itu,...

Swasembada Kedelai, Indonesia Butuh 2 Tahun Lagi

11 Oktober 2016

Kementerian Pertanian menargetkan Indonesia bisa swasembada kedelai pada 2018 dengan penyaluran bantuan benih dan sarana...

Pamor Kedelai Edamame Indonesia Turun

11 Oktober 2016

Meski pun tidak begitu populer untuk dikonsumsi di dalam negeri, namun budidaya edamame cukup marak...

Mengapa pilih tempe untuk bisnis kuliner di London?

11 Oktober 2016

Seorang pemilik warung tempe di London mengatakan ia sangat suka tempe dan belajar di banyak...

Keseharian "bule penjual tempe" di London

11 Oktober 2016

Seorang warga Inggris yang memiliki warung tempe di London bercerita tentang kegiatannya dalam satu minggu...

Kunjungan Web

Hari ini523
Kemarin450
Minggu ini973
Bulan ini1542
Total207339

Nampak
  • IP Anda: 3.137.203.53

May 2025
S M T W T F S
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
Copyright © 2025 Pekakekal (Pengembangan Kajian Kedelai lokal) All Rights Reserved.
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada