Doktor Gizi dari Universitas Indonesia(UI) Jakarta tersebut mengatakan, makanan kedelai seperti tahu atau susu kedelai mengandung rata-rata sekitar 20–50 miligram isoflavon per porsi bergantung pengolahan. Selain isoflavon, tidak ada bukti signifikan terkait makanan atau gizi lain dengan risiko kanker ovarium.
“Asupan produk kedelai mengurangi risiko patah tulang pinggul sebanyak 36 persen di antara perempuan yang mengonsumsi lebih sedikit jumlah kedelai. Semua asupan itu paling sedikit dikonsumsi,” terangnya.
Misalnya, jumlah yang lebih besar dari seperempat cangkir tahu per hari, rata-rata efek perlindungan 30 persen. “Penelitian ini adalah bagian dari Singapore Chinese Health Study dan meneliti lebih dari 63.000 orang dewasa pria dan perempuan,” ujar direktur dan ahli gizi Klinik Gizi Vegan HBM, Jakarta tersebut.
ISOFLAVON MIRIP ESTROGEN
Setiap gram protein kedelai dalam makanan yang terbuat dari kedelai, mengandung sekitar 3-4 mg isoflavon. Kandungan ini adalah salah satu jenis fitoestrogen yang terdapat dalam kedelai, termasuk genistein dan daidzein.
“Fitoestrogen dalam kedelai dapat bekerja dengan cara yang mirip dengan hormon estrogen. Namun, fitoestrogen bersifat jauh lebih lemah daripada hormon estrogen. Beberapa fitoestrogen (isoflavon) diperkirakan bekerja lebih lemah sekitar 100 hingga 100.000 kali lebih lemah daripada hormon estrogen yang dibentuk tubuh secara alamiah,” ujar dia.
Dia mengatakan, fitoestrogen dapat memberikan efek normalisasi pada level estrogen tubuh. Jika seorang perempuan memiliki level estrogen tinggi yang mungkin didapat dari pil kontrasepsi, fitoestrogen dapat menguranginya. “Namun, sebaliknya, ketika seorang perempuan memiliki tingkat estrogen yang rendah (pasca-menopuase), sifat lemah fitoestrogen dapat mengembalikan estrogen dalam tubuh menjadi lebih normal dan dapat meringankan gejala menopause,” pungkas dia.
sumber : kaltim.prokal.co