Rabu, 12 Oktober 2016 12:10

Distan Lebak Perluas Budidaya Tanaman Kedelai

Ditulis oleh
Nilai artikel ini
(0 votes)
ilustrasi ilustrasi (istimewa)

Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Banten mengembangkan budidaya tanaman kedelai seluas 1.500 hektare di 17 kecamatan guna mendukung program swasembada pangan di daerah itu.

"Kami berharap pengembangan tanaman kedelai dapat menyumbangkan kebutuhan pasar lokal," kata Kepala Seksi Produksi dan Palawija Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Lebak Irwan Riyadi di Lebak, Rabu (13/5).

Pemerintah daerah terus mendorong petani agar mengembangkan budidaya kedelai karena permintaan pasar cukup tinggi.

Saat ini, petani yang menggeluti usaha kedelai relatif bagus dan tumbuh di sejumlah kecamatan.

"Bahkan, mereka petani sudah mampu memasok ketersedian pasar lokal, meskipun jumlah produksi belum maksimal. Kemungkinan kedepan diharapkan ketersedian kedelai terpenuhi dan tidak mengimpor dari Amerika Serikat," ujarnya.

Program pengembangan tanaman palawija tersebut sebelumnya sudah dilakukan kepada petani melalui kegiatan sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SLPTT) kedelai.

"Dengan SLPTT ini diharapkan bahan baku makanan tempe dan tahu itu bisa terpenuhi kebutuhan pasar lokal," ujarnya.

Irwan menjelaskan, bantuan pengembangan tanaman kedelai itu merupakan bantuan dari APBN untuk mendukung swasembada pangan. Pengembangan tanaman ini ditargetkan produksi sebanyak 2.100 ton.

Untuk mencapai target sebesar itu,tentu petani harus dapat meningkatkan produktivitas rata-rata nasional sekitar 2,4 ton/hektare.

"Kami terus menggenjot produksi kedelai agar mencapai 2,4 ton/ hektare sehingga bisa memenuhi kebutuhan pasar lokal," katanya.

Ia menyebutkan, pengembangan tanaman kedelai tahun ini tersebar di 17 kecamatan diantaranya Kecamatan Leuwidamar, Panggarangan, Cimarga, Cilograng, Cibeber dan Bayah dengan melibatkan puluhan kelompok tani.

Saat ini, lanjut dia, petani perlu mendapat perhatian dan pembinaan serius dari Dinas Pertanian setempat untuk mengubah budaya tanam tersebut.

Sebab, jika setahun terus-menerus ditanami padi sawah dipastikan mudah terserang berbagai penyakit hama.

"Kalau bisa petani setelah panen padi diganti dengan pola tanam kacang kedelai," ujarnya.

Sanuri, seorang petani Leuwidamar Kabupaten Lebak, mengaku dirinya selama setahun mengembangkan kacang kedelai cukup berhasil hingga mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

"Saya kira biaya produksi kacang kedelai dengan tanaman padi tidak begitu jauh dan rata-rata sekitar Rp 4-5 juta per hektare," katanya. (Antara)

 

Read 413 kali Last modified on Rabu, 12 Oktober 2016 12:18
petani

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Proin ornare consectetur sodales. Nulla luctus cursus mauris at dapibus. Cras ac felis et neque consequat elementum a eget turpis. Aliquam erat volutpat.

Add comment


Security code
Refresh

Kedelai Hitam Malika, Kedelai Berkualitas Asli Indonesia

11 Oktober 2016

Kecap dapat dikatakan sebagai salah satu pelengkap makanan yang kerap digunakan masyarakat Indonesia. Karena itu,...

Swasembada Kedelai, Indonesia Butuh 2 Tahun Lagi

11 Oktober 2016

Kementerian Pertanian menargetkan Indonesia bisa swasembada kedelai pada 2018 dengan penyaluran bantuan benih dan sarana...

Pamor Kedelai Edamame Indonesia Turun

11 Oktober 2016

Meski pun tidak begitu populer untuk dikonsumsi di dalam negeri, namun budidaya edamame cukup marak...

Mengapa pilih tempe untuk bisnis kuliner di London?

11 Oktober 2016

Seorang pemilik warung tempe di London mengatakan ia sangat suka tempe dan belajar di banyak...

Keseharian "bule penjual tempe" di London

11 Oktober 2016

Seorang warga Inggris yang memiliki warung tempe di London bercerita tentang kegiatannya dalam satu minggu...

Kunjungan Web

Hari ini686
Kemarin450
Minggu ini1136
Bulan ini1705
Total207502

Nampak
  • IP Anda: 3.14.144.240

May 2025
S M T W T F S
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
Copyright © 2025 Pekakekal (Pengembangan Kajian Kedelai lokal) All Rights Reserved.
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada