Ekonomi Kedelai

Program Swasembada Padi dan Jagung oleh Pemerintah melalui Kementrian Pertanian  tanpa disadari  malah  berefek pada penyusutan produksi tanam kedelai oleh petani.  Bukannya swasembada kedelai terjadi di tahun ini, sebaliknya produksi kedelai diperkirakan sebesar 750 ribu ton malah menurun dibandingkan tahun 2016 yang mencapai diangka 890 ribu ton.  Komoditi kedelai dipandang kurang kompetitif dibandingkan dengan komoditi padi dan jagung menjadikan petani lebih suka memilih fungsi lahan untuk bertanam di komoditi padi dan jagung.  Hasil panen padi  dengan harga rata –rata Rp 7.500 sd Rp 8.000 perkilo dan rata-rata produksi panen 4 ton hingga 5 ton per ha, petani mendapatkan hasil panen Rp 30juta hingga Rp 40 jt/ha.  Demikian juga dengan jagung, dengan hasil panen rata-rata Rp 3.000 sd Rp 3.500 perkilo, dan rata rata produksi panen 11 sd 12 ton per ha, petani mendapatkan hasil panen Rp 33jt hingga Rp 36jt  perha.  Sedangkan jika menanam kedelai dengan harga Rp 6.000 sd Rp 7.000 per kilo, produksi kedelai 1,5 ton sampai dengan  2 ton per ha, akan didapatkan hasil panen sebesar Rp 10.5jt sampai dengan Rp 14jt per ha. Dengan rata rata masa panen kurang lebihnya 100 hari dan biaya produksi yang mendekati sama antar ketiga komoditi diatas. Petani rata rata menanam komoditi dilahan yang sama untuk penanaman komoditi baik itu padi, jagung dan kedelai. Upaya menaikkan produksi padi dan jagung oleh Pemerintah dengan sendirinya berdampak pada penurunan produksi kedelai ditingkat petani. Dengan tingkat kebutuhan pangan akan bahan baku kedelai yang diolah sebagian masyarakat Indonesia menjadi tahu dan tempe, hal ini mengakibatkan import kedelai menjadi semakin meningkat.

Upaya menaikkan produksi padi dan jagung sedapat mungkin oleh Pemerintah juga tetap diterapkan pada komoditi kedelai mengingat akan peran strategis dari komodi ini bagi masyarakat.  Menaikkan nilai kompetitif kedelai dibanding dengan komoditi pangan yang lain seperti padi dan jagung merupakan salah upaya untuk kembali mengangkat komoditi ini menarik bagi para petani untuk menanamnya.  Pemberian insentif untuk komoditi kedelai agar dapat menaikkan minat petani kembali menanam sudah perlu dilakukan kembali dan harapannya kedelai lokal petani yang lebih bersifat murni dan menyehatkan ini akan kembali dipilih dan diolah menjadi pangan sehat bagi masyarakat dibanding kedelai import yang didatangkan dari Amerika sebagian besar tergolong jenis rekayasa genetik/transgenik

Jumat, 10 Maret 2017 07:04

Problem Kedelai dan Permasalahannya

Ditulis oleh

Kedelai merupakan tanaman palawija yang menjadi sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Kedelai berperan penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya. Di Indonesia kedelai memiliki arti penting dalam peningkatan ketahanan pangan.Produk olahan kedelai yang paling terkenal di Indonesia adalah tempe, salah satu pangan fermentasi dari kedelai yang mengangdung berbagai mineral dan mikrobia probiotik dan sangat membantu kesehatan bagi yang mengkonsumsinya

 

 

Indonesia pernah mencapai swasembada kedelai pada tahun 1984,1985 dan 1992.Pada tahun tersebut produksi kedelai Indonesia cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik. Kebutuhan kedelai dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan seiring dengan bertumbuhnya jumlah penduduk dan kebutuhan bahan industri olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tauco, snack, maupun produk olahan lain. 

 

Di Indonesia rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahun lebih kurang 2.3 juta ton, sedangkan produksi kedelai nasional baru mencapai 870.068 ton atau setara dengan 37.85 %dari kebutuhan. Kekurangan tersebutdipenuhi melalui impor kedelai dari beberapa negara di luar Indonesia. Kebutuhan import kedelai Indonesia saat ini berada di peringkat no 2 tertinggi dunia selain komoditi jagung di tanah air.  Kualitas kedelai lokal yang lebih baik dari kedelai import dan juga bersifat non modifikasi genetik (Non GMO/Genetic Modified Organism) merupakan nilai tambah yang dapat mendukung gerakan pemerintah dalam peningkatan gizi nasional. Ketergantungan akan kedelai impor selama ini yang bersifat GMO dan dapat berdampak pada kesehatan di masa depan membuat masyarakat Indonesia mengabaikan kedelai lokal. Hal ini ditunjukkan dari psikologi harga beli masyarakat yang masih rendah di kedelai lokal. Industri dan pelaku usaha pengolahan kedelai pun lebih memilih kedelai import dengan pertimbangan kemudahan ketersediaan stok sepanjang tahun membuat kedelai lokal semakin sulit berkompetisi dengan kedelai impor.

 

Harga beli di pasaran yang murah dan dibawah nilai harga pokok produksi (HPP) dari petani memicu munculnya keengganan petani Indonesia dalam melakukan budidaya kedelai. Hal ini dapat terlihat dari penurunan kapasitas dan produktifitas kedelai lokal dari tahun ke tahun.Tahun 1990 Indonesia memiliki lahan kedelai seluas 1.334 ha dan pada tahun 2005 merosot tajam sebanyak 46,55% dan menjadi 621 ribu ha (DEPTAN). Dampak lain yang dimunculkan dari ini semua adalah minimnya ketersediaan kebutuhan kedelai lokal sehingga memberikan peluang kepada negara luar untuk mengekspor kedelai ke Indonesia.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Jumat (25/9/2015), periode Januari hingga Agustus 2015 tercatat impor kedelai mencapai 1.525.748 ton dengan nilai US$ 719.807.624.

 

 

 

Program Operasi Khusus Kedelai yang diberlakukan pemerintah untuk membantu petani dalam meningkatkan produksi kedelai lokal dibeberapa daerah saat memasuki masa panen, harga panen dirasakan belum berpihak pada petani di Harga Pokok Produksi (HPP). Hasil panen kedelai relatif sangat bagus dan sedikit yang terserang hama penyakit tanaman. Sayangnya, kondisi ini masih belum ditunjang dengan bagusnya harga kedelai lokal di pasaran. Biaya produksi pada titik impas bagi petani dalam menanam kedelai dikisaran harga Rp 7000, sehingga pemerintah telah menetapkan harga pokok produksi panen kedelai petani di angka Rp 7.800. Dipasar, yang terjadi para pedagang memberikan harga kedelai petani dengan pembanding harga kedelai import.  Harga kedelai import berada di kisaran Rp 7.200 untuk pelaku industri. Meskipun HPP kedelai lokal petani di harga Rp 7.800 namun karena masih dibawah harga kedelai import, di pasar harga kedelai petani dikisaran Rp 6.000 sd Rp 6.500. Dalam situasi seperti ini, jika tanpa bantuan adanya program upsus, petani masih menanggung resiko kerugian jika bertanam kedelai. Bisa dipastikan, petani akan beralih untuk budidaya komoditi lain yang lebih memberikan peningkatan nilai ekonominya seperti padi, jagung dan kacang hijau. Melalui program pengembangan kemitraan agribisnis kedelai, Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementrian Pertanian dengan melibatkan kemitraan petani dan gapoktan dengan pelaku industri, dilapanganpun belum berjalan sesuai dengan harapan yang mampu melindungi harga kedelai petani dipasaran.

China sebagai negara pengimport terbesar di dunia sebesar 56.50 juta ton / tahun  dibanding Indonesia yang berada di no 5 sebesar 1.95 ton / tahun (USSEC,2012), saat ini telah mampu mengurangi jumlah import dikarenakan  produksi dalam negerinya meningkat.  Dengan berkurangnya import kedelai oleh China, kondisi ini sangat berpengaruh terhadap ketersediaan pasokan kedelai yang melimpah yang di produksi oleh USA sebagai importir terbesar dengan kapasitas produksi mencapai 42 juta ton. Melimpahnya produk Import kedelai USA menjadikan harga kedelai import di dalam negeri cenderung tidak mengalami kenaikan. Bagaimanakah dengan harga kedelai petani yang saat ini panen dengan program Upsus Nasional masih di bawah HPP dengan kata lain masih belum berfihak petani ini?. Petanipun mau tidak mau menjual dengan harga dikisaran Rp 6.000 ke para pedagang pasar dan tengkulak pasar untuk menutup kebutuhan ekonominya. Program peningkatan produksi kedelai lokal ditingkat petani target meningkatkan produksi kedelai lokal tahun ini bisa mencapai 1.2 juta ton. Kebutuhan kedelai nasional oleh masyarakat sebesar 2,55 juta ton hampir sebagian besar dipergunakan untuk produksi tempe 60%, tahu 30 % dan sisanya dipergunakan untuk produk olahan yang lainnya seperti kecap, susu kedelai, dsb. Sekor Usaha Kecil Menengah yang mengolah kedelai menjadi tahu tempe di Indonesiapun mencapai angka 115.000 hingga 125.000 lebih. UKM inipun melibatkan dan memberikan nafkah 2,5 hingga 3 juta orang. Angka yang sangat tinggi, betapa pentingnya peran kedelai dalam menunjang produksi pangan tahu dan tempe yang hampir sebagian besar masyarakat familiar dengan ini. Konsumsi tempe pun ditingkat perkapita penduduk di Indonesia sebesar 7 Kg / tahunnya dan tahu sebesar 6,6 kg/tahunnya.

Harga kedelai menjadi kunci insentif untuk menyelamatkan petani kedelai sehingga di tahun tahun mendatang bisa meningkatkan animo petani untuk menanam kembali. Perlindungan petani terhadap produk pasca panen kedelai dapat diterapkan melalui berbagai hal : 1. Upaya proteksi harga dan subsidi harga ke petani melalui Kebijakan Pemerintah. Dalam hal ini peran Bulog untuk komoditi dapat dilakukan di masing masing daerah untuk membeli kedelai petani ditingkat Harga Pokok Produksi. Dengan demikian, penentuan HPP oleh Pemerintah akan dapat diterapkan dilapangan, petani mendapatkan harga jual yang minimumnya sama dengan HPP. 2. Upaya Masyarakat untuk disadarkan pentingnya memilih produk pangan dari bahan baku kedelai lokal dibandingkan dengan produk pangan dari bahan baku kedelai import. Kedelai lokal ukuran biji besar yang sama bahkan sedikit lebih besar dari kedelai import seperti varietas Grobogan, Anjasmoro, burangrang bersifat non modifikasi genetik ( non-GMO/ Genetically Modified Organism), warnanya lebih cerah dan lebih aman untuk konsumsi pangan. Pandangan sementara para pengrajin yang menilai kedelai lokal ukurannya kecil kecil dan kurang baik kualitasnya adalah kurang pada tempatnya.  Sebaliknya, kedelai import malah bersifat sebaliknya, berasal dari rekayasa genetik/transgenik (GMO), warna lebih kusam dan masih pro dan kontra untuk pangan dari bahan GMO seperti ini. Dinegara maju seperti di Uni Eropa, penggunaan bahan baku pangan dari bahan GMO telah banyak ditolak saat ini, minimumnya harus menyantumkan label agar konsumen mengetahui dari GMO atau Non-GMO guna perlindaungan keamanan pangan. Hasil pengujian Kimia dan Biokimia, kandungan lemak pada kedelai lokal justru lebih rendah dan kandungan proteinnya lebih tinggi. Hal ini merupakan keuntungan yang didapatkan konsumen jika mengkonsumsi bahan kedelai lokal. 3. Menggalakkan penguatan produksi kedelai tidak hanya ditingkat on farm namun juga pada tingkat off farm di kelompok usaha tani dan masyarakat petani kedelai.  Proses produksi pengolahan kedelai misalnya saat dijadikan tahu dan tempe di masyarakat saat ini cenderung kurang higienitasnya dari sisi pekerja yang mengolah, penggunaan peralatan dan penanganan limbah seperti limbah tahu yang kalau tidak diperhatikan akan menimbulkan bau dan keresahan masyarakat disekitarnya. 4. Program berkelanjutan pada komoditi kedelai yang melibatkan peran dari Pemerintah daerah dan jajarannya, lembaga litbang, institusi pendidikan tinggi, petani dan gabungan kelompok tani. Dengan demikian, komoditi kedelai yang memiliki peran strategis ke tiga setelah padi dan jagung di Indonesia akan dapat ditingkatkan dan swasembada kembali mengingat komoditi ini sangat penting dalam menunjang produk Tempe sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang di akui oleh Dunia. Kita tidak menginginkan, tempe yang dirujuk oleh dunia ini, nantinya justru produksinya sangat bergantung pada import seperti yang terjadi saat ini.

Swasembada kedelai di Indonesia terjadi di tahun 1984-1985. Hasil tercapai melalui program yang direncanakan secara lima tahunan oleh Pemerintah yang kita masih diingatkan dengan program repelita yang diawali di era tahun 1969. Saat ini, import kedelai dari kebutuhan nasional kedelai yang semakin meningkat dari tahun ketahun diangka lebih dari 60% dari kebutuhan nasional dan harga jual panen petani kedelai yang masih terjun bebas dibawah harga pokok produksi, lambat laun potensi kedelai lokal akan semakin berkurang untuk ditanam petani dan tentunya kita semua menginginkan kejayaan kembali swasembada kedelai yang mampu memberikan peningkatan ekonomi dan kesejahteraan petani. Melalui adanya proteksi dan subsidi harga kedelai ditingkat petani, mempopulerkan kembali ke masyarakat dan pengrajin terhadap kedelai lokal, menjadikan keseimbangan dan penguatan produksi kedelai mulai dari budidaya (on farm) hingga ke tingkat pengolahan yang memenuhi standart bahan baku pangan (off farm) ditingkat petani dan masyarakat pedesaan, penyusunan program komoditi kedelai yang berkelanjutan melibatkan petani, gapoktan, pemerintah daerah dan jajarannya, lembaga litbang dan institusi pendidikan tinggi. Masyarakat dan pengrajin sudah perlu  untuk disadarkan kembali terhadap kecintaan pemakaian kedelai lokal, tidak hanya dari sisi kualitasnya lebih bagus, namun ada hal yang sangat penting yaitu menunjang produk pangan Tempe sebagai warisan budaya bangsa Indonesia yang diproduksi tidak bergantung pada kedelai import.

Menteri Pertanian (Mentan) Suswono mengklaim para petani kedelai bisa untung Rp 10 juta per hektar dengan menanam kedelai. Petani bisa untung besar, asalkan produktivitas lahan kedelainya sangat tinggi.

\\\"Di Aceh petani kedelai bisa produksi mencapai 2,4 ton per hektar, dengan produksi tersebut oleh Bulog dibeli Rp 7.000 per Kg, artinya bisa Rp 14 juta. Dengan Rp 14 juta biaya produksinya hanya sekitar Rp 4-5 juta, masih bisa untung (Rp 10 juta) yang memadai bagi para petani,\\\" ujar Suswono ketika ditemui di Institut Pertanian Bogor, Selasa (3\/9\/2013).

Sayangnya, menurut Suswono rata-rata produktivitas lahan kedelai nasional masih rendah yakni di bawah 2 ton per hektar. \\\"Tetapi secara nasional produktivitas kita masih rendah, hanya 1,3-1,4 ton per hektar rata-rata nasional, idealnya harus di atas 2 ton per hektar,\\\" kata Suswono.

Libang Kementerian Pertanian terus mensosialisasikan varietas-varietas unggul seperti Kedelai Grobogan yang sudah dilakukan pengujian di berbagai daerah.

\\\"Kedelai Grobogan merupakan varietas unggul dan sudah diuji di berbagai daerah, tetapi tetap saja namanya kedelai merupakan tanaman transgenik yang harus ditanam secara intensif agar hasilnya maksimal, namun nyatanya kan tidak semua petani yang bisa memelihara kedelai dengan intensif,\\\" ungkap Suswono.

Suber: http://finance.detik.com/ekonomi-bisnis/2348122/petani-kedelai-bisa-untung-rp-10-jutahektar-ini-syaratnya

Kamis, 02 Maret 2017 10:16

Perekonomian Baru bagi Petani Kedelai

Ditulis oleh

Bukan hal yang mustahil, jika program pemerintah berhasil dalam mensosialisasikan kedelai lokal, maka akan banyak petani kedelai yang sukses dan maju. Jika konsumsi masyarakat berpindah dari kedelai impor ke kedelai lokal, maka kedelai lokal akan booming, dan banyak industri yang mencari. Oleh karena itu, mulai sekarang para petani kedelai lokal harus menyadari, bahwa dia adalah bagian keberhasilan pemerintah untuk turut serta menyediakan pasokan kedelai lokal bermutu tinggi.

Dengan kesadaran seperti ini, maka para petani mampu terus menanam dan menanam sehingga ketika masyarakat telah beralih ke kedelai lokal, petani yang sudah siap dan berkembang produksi pertanian kedelainya, menjadi petani yang sukses dan mampu meningkatkan perekonimiannya.

Petani perlu mendapatkan pembinaan tentang budidaya kedelai lokal dengan kualitas yang tidak kalah dengan kedelai impor dari sisi fisiknya. Misalnya ukuran lebih besar, tampilan yang bersih, dan kadar air sesuai yang dibutuhkan untuk siap masuk ke industri rumah tangga atau industri menengah di bidang kedelai. Dengan peningkatan kualitas kedelai, diharapkan menanam kedelai tidak sekedar mengisi lahan kosong, tetapi menjadi tanaman utama yang mampu memberikan kesejahteraan bagi petani.

Kondisi semacam inilah yang diharapkan para petani, yang mana masyarakat telah sadar untuk mengkonsumsi kedelai lokal yang sehat dan petani kedelai juga mampu berproduksi memenuhi kebutuhan bahan baku kedelai untuk berbagai produk olahan.

Kamis, 26 Januari 2017 06:54

Pabrik Tahu Terkendala Peralatan Produksi

Ditulis oleh

Olahan tahu menjadi favorit masyarakat. Termasuk di Kota Yogyakarta, tahu menjadi salah satu menu pokok baik bagi keluarga maupun penjaja wisata kuliner.

Jumlah kebutuhan tahu tiap tahun pun diprediksi terus meningkat seiring gaya hidup masyarakat perkotaan yang beralih ke menu sehat dengan harga murah. Seperti pabrik tahu level rumahan di RT 35 RW07 Wirobrajan, yang tiap hari memproduksi tahu hingga ratusan kilogram. Salah satunya adalah pabrik tahu milik Yono yang sudah hampir setengah abad beroperasi.

Rabu, 18 Januari 2017 06:15

Harga Kedelai Naik Keuntungan Makin Menipis

Ditulis oleh

PARA perajin tahu di Kabupaten Cilacap mengaku pasrah menghadapi kenyataan bahwa pemerintah per 5 Januari 2017 telah menaikkan harga semua jenis bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp 300 per liter, kecuali Premium. Setelah ada kenaikan, sekarang harga Pertamax di Pulau Jawa dan Bali yang semula Rp 7.750 per liter menjadi Rp 8.050 per liter.

Jumat, 23 Desember 2016 14:19

PROSPEK AGROBISNIS DAN AGROINDUSTRI, APAKAH MEYAKINKAN?

Ditulis oleh

Usaha di bidang komoditas tidak terlepas dengan bahan baku alamiah dari hasil cocok tanam atau pertanian. Kegiatan tersebut secara awam banyak dikenal dengan agrobisnis dan ada pula yang menyebutnya dengan istilah agoindustri. Lalu apakah sebenarnya sebutan bagi suatu usaha di bidang pertanian yang ada saat ini? seperti apa wujud dari kegiatan usaha tersebut ? Bagaimana usaha tersebut bekerja dan apa yang dihasilkan? Kedua identitas usaha tersebut telah lama populer di kalangan para pelaku bisnis usaha dan para peneliti. Agrobisnis dan Agroindustri adalah kedua hal yang berbeda dari satu sama lain tetapi memiliki konsep yang sama dalam objek bisnis yang dilakukannya.

Halaman 1 dari 2

Kedelai Hitam Malika, Kedelai Berkualitas Asli Indonesia

11 Oktober 2016

Kecap dapat dikatakan sebagai salah satu pelengkap makanan yang kerap digunakan masyarakat Indonesia. Karena itu,...

Swasembada Kedelai, Indonesia Butuh 2 Tahun Lagi

11 Oktober 2016

Kementerian Pertanian menargetkan Indonesia bisa swasembada kedelai pada 2018 dengan penyaluran bantuan benih dan sarana...

Pamor Kedelai Edamame Indonesia Turun

11 Oktober 2016

Meski pun tidak begitu populer untuk dikonsumsi di dalam negeri, namun budidaya edamame cukup marak...

Mengapa pilih tempe untuk bisnis kuliner di London?

11 Oktober 2016

Seorang pemilik warung tempe di London mengatakan ia sangat suka tempe dan belajar di banyak...

Keseharian "bule penjual tempe" di London

11 Oktober 2016

Seorang warga Inggris yang memiliki warung tempe di London bercerita tentang kegiatannya dalam satu minggu...

Kunjungan Web

Hari ini454
Kemarin450
Minggu ini904
Bulan ini1473
Total207270

Nampak
  • IP Anda: 3.128.182.10

May 2025
S M T W T F S
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
Copyright © 2025 Pekakekal (Pengembangan Kajian Kedelai lokal) All Rights Reserved.
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada